Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Terbaik, atau Hanya Coba Bertahan?

8 November 2024   05:19 Diperbarui: 8 November 2024   07:41 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

"Apakah setiap hari benar-benar bisa jadi hari terbaik?" gumam Bu Retno pada dirinya sendiri sambil menatap jendela. Di luar, matahari bersinar cerah, tapi hatinya terasa seperti di bawah awan mendung.

Hari itu, ia bersama Dr. Anita dan para mahasiswi dari komunitas perempuan diadakan riset mengenai komunikasi negosiatif di keluarga. Mereka berkumpul di sebuah restoran kecil yang asri di jalan Cangkringan, tempat yang menurut Dr. Anita bisa memberi suasana nyaman dan alami bagi diskusi yang serius.

Namun, tidak semuanya berjalan sesuai rencana.

"Saya baru saja mendapat pesan dari Mbak Sari, narasumber kita," kata Bu Retno, menghela napas. "Ia mendadak tak bisa datang karena kondisi keluarganya yang darurat."

"Wah, sayang sekali," sahut Dr. Anita, mengerutkan kening. "Apakah kita bisa cari penggantinya? Ini sudah terlambat kalau menunda lagi."

Bu Retno terdiam sejenak, mempertimbangkan. "Saya akan coba bicara dengan Ibu Dewi dari komunitas sebelah, tapi kita mungkin harus sedikit mengubah fokus diskusi."

Mbak Anisa, salah satu mahasiswa yang ikut, tampak resah. "Bu, kalau narasumber utama tidak bisa hadir, apa kita masih bisa menghasilkan sesuatu yang berguna untuk riset?"

"Harus bisa, Anisa," jawab Bu Retno tegas, meskipun dalam hatinya ia juga meragukan diri. "Setiap hari adalah kesempatan baru. Kita harus coba yang terbaik, meski tidak selalu ideal."

Suasana mulai cair ketika narasumber pengganti tiba dan diskusi dimulai. Para mahasiswa serta komunitas perempuan mulai membahas berbagai strategi komunikasi dalam keluarga, dan sesi berjalan dengan lancar. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.

"Bu Retno, ada panggilan dari kampus," kata salah satu asisten yang tergopoh-gopoh masuk. "Mereka bilang, kita harus segera kirim foto bersama Kepala Departemen sebagai syarat tambahan bagi izin KKL ke Bali."

"Lagi? Mereka sudah punya semua berkas dan fotonya!" keluh Bu Retno, mencoba untuk tetap tenang.

Dr. Anita tersenyum lelah. "Birokrasi memang begitu. Ini hanya tambahan, tapi tanpa foto itu, izin mereka bisa ditolak, bukan?"

Bu Retno terpaksa setuju, dan bersama para mahasiswa, mereka mencari waktu jeda untuk foto bersama di tengah diskusi. Selesai dengan semua itu, ia merasakan lelah yang menumpuk. Ia hanya ingin pulang dan mengistirahatkan pikiran.

Saat diskusi selesai dan izin untuk KKL terkirim, Bu Retno menarik napas lega. Namun, beban di pundaknya belum sepenuhnya hilang.

Di akhir acara, Bu Retno berpapasan dengan Mbak Rani, teman lamanya. "Bu Retno, kelihatannya lelah sekali," ujar Mbak Rani, tersenyum prihatin. "Apakah semua ini sepadan?"

Pertanyaan itu membuat Bu Retno tersentak. "Aku tak tahu, Mbak Rani. Kadang aku berpikir, apakah setiap hari ini benar-benar hari terbaik... atau kita hanya mencoba bertahan di dalamnya?"

Mbak Rani tersenyum penuh arti, dan mengangguk. "Mungkin keduanya, Bu Retno."

Di perjalanan pulang, Bu Retno merenung dalam diam. Hari itu memang terasa sulit, tapi ia tahu bahwa di balik segala keraguan dan masalah, ada nilai yang ia pegang teguh: untuk terus berusaha, sebaik mungkin, meski terkadang hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun