Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apakah PMM Sudah Sesuai dengan Harapan Pendidikan Masa Depan?

6 November 2024   19:07 Diperbarui: 6 November 2024   20:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Pendidikan Indonesia dihadapkan pada dilema antara kemajuan teknologi dan kebutuhan akan kualitas pembelajaran yang lebih mendalam.

Platform PMM (Merdeka Mengajar), meskipun dirancang untuk meningkatkan kompetensi guru, sering kali menemui kendala dalam implementasinya.

Banyak guru yang lebih fokus pada penyelesaian pelatihan demi sertifikat, tanpa benar-benar terlibat dengan materi. Fenomena ini menggambarkan adanya ketidaksesuaian antara tujuan PMM yang ingin memajukan pendidikan dengan kenyataan di lapangan.

Data dan Fenomena

Penelitian oleh Sukmadinata (2016) mengungkapkan bahwa pelatihan mandiri sering kali tidak memadai dalam mengubah praktik pengajaran jika tidak ada evaluasi dan umpan balik yang kontinu.

Di PMM, banyak guru yang hanya mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat tanpa mengubah cara mereka mengajar.

Mereka cenderung mencari solusi instan, seperti skip materi, mengunduh kunci jawaban atau hanya mengedit template aksi nyata tanpa benar-benar memahami materi yang diajarkan.

Fenomena ini menunjukkan adanya kesenjangan antara tujuan platform dan praktik yang terjadi di lapangan.

Dasar Teori Pendidikan

Teori pembelajaran konstruktivis yang diajukan oleh Piaget (1970) dan Vygotsky (1978) menekankan pentingnya pembelajaran yang aktif dan interaktif.

Piaget berpendapat bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika peserta belajar membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman mereka sendiri, sementara Vygotsky menekankan pentingnya kolaborasi dalam pembelajaran.

Sistem pelatihan mandiri seperti PMM, yang cenderung individualistik, kurang mendukung prinsip ini, karena tidak ada interaksi langsung yang dapat memperkaya proses belajar.

Selain itu, Mulyasa (2018) juga mengungkapkan bahwa pelatihan berbasis teknologi hanya efektif jika didukung dengan metode yang lebih mendalam dan evaluasi yang berkelanjutan.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi memiliki potensi besar, jika tidak ada interaksi atau refleksi yang mendalam, pelatihan tersebut tidak akan mengubah kualitas pengajaran secara signifikan.

Refleksi Masa Depan

Dengan mempertimbangkan fenomena ini dan landasan teori yang ada, sudah saatnya untuk mengevaluasi kembali keberlanjutan PMM dalam bentuknya yang sekarang.

Masa depan pendidikan Indonesia harus berfokus pada kualitas pembelajaran yang lebih bermakna, dengan pendekatan yang berbasis pada pemahaman, kolaborasi, dan refleksi.

Pendekatan ini akan jauh lebih relevan daripada sistem pelatihan yang hanya berorientasi pada sertifikat.

Pendidikan yang benar-benar berdampak adalah yang mampu membentuk keterampilan kritis, karakter, dan pemikiran mandiri, yang mempersiapkan generasi masa depan untuk tantangan global.

Sumber:

  • Piaget, J. (1970). Science of Education and the Psychology of the Child.
  • Vygotsky, L. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes.
  • Sukmadinata, N. S. (2016). Evaluasi Pendidikan.

Mulyasa, E. (2018). Manajemen Pembelajaran Berbasis Teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun