OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pendidikan Indonesia dihadapkan pada dilema antara kemajuan teknologi dan kebutuhan akan kualitas pembelajaran yang lebih mendalam.
Platform PMM (Merdeka Mengajar), meskipun dirancang untuk meningkatkan kompetensi guru, sering kali menemui kendala dalam implementasinya.
Banyak guru yang lebih fokus pada penyelesaian pelatihan demi sertifikat, tanpa benar-benar terlibat dengan materi. Fenomena ini menggambarkan adanya ketidaksesuaian antara tujuan PMM yang ingin memajukan pendidikan dengan kenyataan di lapangan.
Data dan Fenomena
Penelitian oleh Sukmadinata (2016) mengungkapkan bahwa pelatihan mandiri sering kali tidak memadai dalam mengubah praktik pengajaran jika tidak ada evaluasi dan umpan balik yang kontinu.
Di PMM, banyak guru yang hanya mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat tanpa mengubah cara mereka mengajar.
Mereka cenderung mencari solusi instan, seperti skip materi, mengunduh kunci jawaban atau hanya mengedit template aksi nyata tanpa benar-benar memahami materi yang diajarkan.
Fenomena ini menunjukkan adanya kesenjangan antara tujuan platform dan praktik yang terjadi di lapangan.
Dasar Teori Pendidikan
Teori pembelajaran konstruktivis yang diajukan oleh Piaget (1970) dan Vygotsky (1978) menekankan pentingnya pembelajaran yang aktif dan interaktif.
Piaget berpendapat bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika peserta belajar membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman mereka sendiri, sementara Vygotsky menekankan pentingnya kolaborasi dalam pembelajaran.
Sistem pelatihan mandiri seperti PMM, yang cenderung individualistik, kurang mendukung prinsip ini, karena tidak ada interaksi langsung yang dapat memperkaya proses belajar.
Selain itu, Mulyasa (2018) juga mengungkapkan bahwa pelatihan berbasis teknologi hanya efektif jika didukung dengan metode yang lebih mendalam dan evaluasi yang berkelanjutan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi memiliki potensi besar, jika tidak ada interaksi atau refleksi yang mendalam, pelatihan tersebut tidak akan mengubah kualitas pengajaran secara signifikan.
Refleksi Masa Depan
Dengan mempertimbangkan fenomena ini dan landasan teori yang ada, sudah saatnya untuk mengevaluasi kembali keberlanjutan PMM dalam bentuknya yang sekarang.
Masa depan pendidikan Indonesia harus berfokus pada kualitas pembelajaran yang lebih bermakna, dengan pendekatan yang berbasis pada pemahaman, kolaborasi, dan refleksi.
Pendekatan ini akan jauh lebih relevan daripada sistem pelatihan yang hanya berorientasi pada sertifikat.
Pendidikan yang benar-benar berdampak adalah yang mampu membentuk keterampilan kritis, karakter, dan pemikiran mandiri, yang mempersiapkan generasi masa depan untuk tantangan global.
Sumber:
- Piaget, J. (1970). Science of Education and the Psychology of the Child.
- Vygotsky, L. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes.
- Sukmadinata, N. S. (2016). Evaluasi Pendidikan.
Mulyasa, E. (2018). Manajemen Pembelajaran Berbasis Teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H