Pak Manan mengangkat alisnya, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan. "Kalau begitu, kalau ada anak yang gagal, itu berarti guru tidak mampu menjadikan mereka sukses."
Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi. "Tidak, Pak. Setiap anak punya jalan dan waktunya masing-masing. Tugas kita adalah membantu mereka menemukan jalannya."
Kali ini Pak Manan hanya terdiam, mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Namun, aku tahu di dalam hatinya, ia tetap pada pendiriannya.
Saat kompetisi berlangsung, hasil akhirnya keluar, dan siswa-siswa bimbinganku berhasil meraih juara. Piala dan piagam mereka menghiasi ruang sekolah, menandakan bahwa kerja keras dan dedikasi kami terbayar. Melihat keberhasilan ini, aku merasa puas. Ini adalah buktinya: bahwa prestasi adalah hasil dari sinergi antara siswa, guru, dan kompetitor.
Suatu pagi, saat aku duduk di sudut ruang guru, Pak Manan menghampiriku dengan wajah yang tampak serius. "Aku mendengar anak-anakmu menang," katanya, suaranya datar.
"Iya, Pak. Mereka bekerja keras dan pantas mendapatkannya," jawabku dengan semangat.
Dia mengangguk pelan. "Tapi ingat, itu hanya satu sisi. Jangan terlalu percaya diri."
Aku mengangguk, berusaha memahami pandangannya. "Saya tidak meremehkan pandangan Pak Manan, tapi saya percaya bahwa setiap siswa bisa mencapai potensi terbaiknya jika kita mau berusaha."
Pak Manan menatapku sejenak, lalu berkata, "Mungkin ada benarnya, tetapi tidak semua anak bisa diandalkan."
Aku hanya bisa tersenyum, menyadari bahwa meskipun kami berbeda pandangan, setiap diskusi adalah kesempatan untuk belajar. Bagi diriku, membuktikan melalui prestasi adalah jalan terbaik untuk menunjukkan bahwa kerja sama adalah kunci keberhasilan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI