Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Punggung Panggung

3 November 2024   03:45 Diperbarui: 3 November 2024   03:47 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Apakah ada ruang bagi kita untuk benar-benar memahami jiwa yang lain? 

Menjelang senja, aku melangkah memasuki aula Art House Abadi yang mulai ramai. Setiap derit di lantai kayu seperti melodi pelan, menuntunku menuju panggung yang dipenuhi karya para mahasiswa. 

Tema kali ini cukup berani: kesehatan mental dan relasi keluarga. 

Namun, seiring langkahku, aku mulai bertanya---apakah ini sekadar pameran estetika atau cermin untuk menghadapi diri kita sendiri?

Di hadapanku, sebuah instalasi besar berdiri teguh: bayangan seorang remaja yang tampak terkungkung dalam penjara kaca, dikelilingi kata-kata seperti "beban," "malu," "ekspektasi," "gagal." 

Sosok itu tampak berusaha keluar, namun dinding-dinding tak tertembus. 

Di sekitarnya, kerumunan orang tua dan mahasiswa berdiri, sebagian terdiam, sebagian berbisik. Kulihat wajah mereka yang bertentangan---antara keterpanaan dan perlawanan. Benarkah semua ini hanya keluhan generasi "strawberry," ataukah ini gema dari jiwa yang teralienasi, terperangkap dalam harapan yang tak pernah mereka minta?

Beberapa orang tua terlihat gelisah. Ada yang berbisik, "Anak-anak ini seharusnya bersyukur, bukan terus mengeluh." 

Sejenak, aku merasa ada tembok besar tak terlihat yang membentang di antara generasi ini. Apakah kita benar-benar pernah memahami bahwa jiwa manusia itu adalah semesta yang berdiri sendiri, unik dalam keabadian pergulatannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun