OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pagi itu, udara di Gereja Santo Martinus, Desa Lembah Harapan, terasa sejuk dan penuh kekhusyukan. Keluarga besar sudah berkumpul, membawa sukacita yang besar untuk menyaksikan momen sakral pembaptisan bayi kecil bernama Mikael Nathaniel Asoka.
Namun, apa yang membuat hati mereka penuh harap dan sedikit cemas? Mengapa sang nenek, Oma Lila, tak henti-hentinya melihat ke arah pintu gereja dengan raut wajah gelisah? Dan apakah doa-doa yang dilantunkan dalam hati mereka akan terwujud hari itu?
Sejak semalam, hujan deras turun tanpa jeda, menyebabkan jalan menuju gereja licin dan tergenang di beberapa titik. Beberapa tamu yang datang dari luar kota hampir saja tersesat karena akses menuju desa Lembah Harapan tidak mudah.
Oma Lila yang sangat bersemangat menyambut pembaptisan cucunya pun tak luput dari rasa khawatir. Bagaimana jika hujan ini menghalangi tamu-tamu yang belum tiba? Bagaimana jika ada sesuatu yang terlupakan di tengah persiapan yang serba mendadak?
Ketika sebagian besar tamu berhasil tiba dengan selamat, Oma Lila merasa lega. Namun, masalah baru muncul ketika ibu Mikael, sambil menggendong bayi kecil itu, menyadari bahwa baju pembaptisan Mikael tertinggal di rumah!
Wajah ibu Mikael memucat, dan ayahnya segera mencoba menelepon anggota keluarga yang masih di rumah, memohon mereka untuk membawa baju itu ke gereja. Tapi, jalan yang licin dan hujan yang turun tanpa henti membuat usaha tersebut terhalang.
Oma Lila, tak ingin momen ini ternoda oleh kekurangan apa pun, berpikir cepat. Ia meminjam kain putih bersih dari penjaga gereja dan mulai melilitkan kain itu dengan penuh kasih di tubuh kecil Mikael.
Meski baju pembaptisan yang asli tak ada, kain putih sederhana itu tampak begitu anggun dan sakral, seolah-olah sudah dipersiapkan dengan hati. Oma Lila tersenyum tipis, bersyukur, dan berharap Mikael tetap bisa dibaptis dengan penuh keberkahan.
Ketika air kudus dibasuhkan ke dahi Mikael, suasana hening menyelimuti gereja. Tiba-tiba, Mikael menangis keras, dan suara tangisannya seolah menjadi doa syukur yang memenuhi ruang, menguatkan harapan keluarga bahwa Tuhan senantiasa menyertainya.
Mata Oma Lila berkaca-kaca, penuh rasa syukur, sambil menatap cucunya yang kini tenang dalam dekapan ibunya.
Selesai upacara, mereka berfoto bersama untuk mengabadikan momen istimewa ini. Keluarga Pak Leo dan Ibu Ana, mertua dari orang tua Mikael, serta Oma Ana, buyut Mikael yang masih tampak ceria meskipun sudah berusia 85 tahun, semua tersenyum bahagia.
Acara berlanjut dengan makan bersama, diiringi tawa dan cerita dari seluruh keluarga besar. Mikael, si kecil yang hampir saja kehilangan baju sakralnya di hari istimewa, kini berada dalam dekapan cinta keluarga.
Oma Lila mengecup kening Mikael dengan lembut, berharap cucunya kelak tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih dan takut akan Tuhan.
"Tuhan memberkatimu, Mikael," bisik Oma Lila haru.
Hari itu, dalam setiap tantangan kecil yang muncul, keluarga besar Mikael disatukan dalam kebahagiaan dan cinta yang tak tergantikan.
Cahaya kecil di hari pembaptisan ini menjadi awal yang penuh berkah bagi Mikael, cahaya baru yang hadir di tengah keluarga besar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H