Daniel hanya mengangguk setuju, menambahkan, "Aku lebih suka yang lebih seimbang rasanya. Ini terasa seperti makanan penutup yang terlalu berani."
Lisa tertawa kecil. "Mungkin kita harus menambahkan sedikit garam untuk menyeimbangkannya?"
Di tengah keramaian dan hiruk-pikuk, Lisa merasakan ketidaknyamanan yang mendalam. Ada sesuatu di dalam kerumunan yang terasa lebih dari sekadar pencarian kolak. Dia tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang menggelayuti hatinya. Suasana gembira di sekelilingnya terasa menyesakkan, seolah ada yang mengintai di balik tawa.
Sekonyong-konyong, suara keributan terdengar. Beberapa orang terjatuh, mengakibatkan kepanikan. Lisa dan Daniel berpegangan erat, menyaksikan kerumunan yang semula bersenang-senang kini menjadi kacau. Munculnya seorang lelaki berkaos hitam yang mengacungkan ponsel memicu kebingungan. Dia berteriak, "Ada yang hilang! Siapa yang mencuri ponselku?!"
Salah seorang wanita di dekat mereka berteriak, "Tolong, jangan buat keributan! Kita sudah berdesakan di sini!"
Lisa menatap Daniel, bibirnya bergetar. "Daniel, kita harus pergi dari sini."
"Tapi aku tidak bisa kehilanganmu," jawab Daniel, suara ketakutannya mulai terdengar. "Tunggu aku!"
Di tengah kegelapan kerumunan, Lisa merasakan lonjakan adrenalin. Dia berteriak, "Daniel! Di mana kamu?"
"Di sini!" teriak Daniel, berusaha menjangkau tangan Lisa. "Ayo, kita cari jalan keluar!"
Saat mereka berusaha menembus kerumunan, suara teriakan semakin keras. "Tolong! Jangan dorong-dorong!"
Lisa merasakan getaran di dalam dirinya. "Daniel, ini bukan hanya tentang kolak lagi, ini berbahaya!"