OLEH: Khoeri Abdul Muid
Baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto menyelesaikan retreat Kabinet Merah Putih di Akademi Militer, Magelang, sebuah langkah yang strategis dan simbolik, diikuti oleh para menteri, wakil menteri, kepala lembaga, dan staf kepresidenan. Prabowo menggambarkan pendekatan yang digunakan dalam retreat ini sebagai "the military way" -- sebuah pendekatan yang bukan militeristik, tetapi lebih pada penyelarasan kedisiplinan dan kesetiaan pada bangsa. Ini menarik untuk dicermati mengingat bahwa retreat ini bukan sekadar ajang koordinasi, tetapi juga bertujuan membangun sinergi dalam mencapai tujuan bersama.
Apa Itu "The Military Way"?
Secara teori, "the military way" adalah konsep yang merujuk pada sistem pengelolaan organisasi yang mengutamakan kedisiplinan, ketaatan pada hierarki, dan loyalitas tinggi terhadap tujuan bersama. Teori manajemen militer menunjukkan bahwa struktur militer berfokus pada koordinasi yang efektif melalui arahan dan kendali yang jelas. Menurut Robbins dan Coulter dalam Management Theory (2017), salah satu keuntungan utama dari gaya manajemen berbasis militer adalah pencapaian keselarasan yang tinggi dalam organisasi, di mana setiap individu memahami peran dan tugas mereka secara mendetail dalam mencapai visi bersama.
Teori ini juga dihubungkan dengan konsep kepemimpinan transformasional yang diperkenalkan oleh Burns (1978), di mana pemimpin menginspirasi para pengikut untuk meningkatkan komitmen dan kinerja dengan memberikan arahan yang jelas dan visi yang kuat. Dalam retreat Kabinet Merah Putih, pendekatan ini tampak dalam upaya Prabowo menyelaraskan tujuan dan visi seluruh anggota kabinet melalui penguatan rasa kebersamaan dan kepatuhan pada misi nasional.
Kedisiplinan dalam Pemerintahan: Apa Pentingnya?
Kedisiplinan dalam pemerintahan memiliki manfaat yang signifikan bagi efektivitas pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan. Menurut teori organizational behavior, kedisiplinan meningkatkan kejelasan tugas dan mengurangi konflik peran dalam organisasi (Robbins & Judge, 2019). Dalam konteks kabinet, kedisiplinan membantu menciptakan keselarasan antara kebijakan yang diambil di tingkat pusat dan pelaksanaannya di tingkat lapangan.
Penerapan the military way dalam kabinet dapat dilihat sebagai pendekatan bureaucratic leadership, yaitu gaya kepemimpinan yang mementingkan prosedur dan aturan yang jelas, sebagaimana dibahas oleh Max Weber dalam teorinya tentang birokrasi. Weber mengemukakan bahwa kepemimpinan yang disiplin cenderung memberikan kestabilan dan konsistensi dalam pelaksanaan tugas, terutama dalam lingkungan yang kompleks seperti pemerintahan. Dengan adanya kedisiplinan yang kuat, setiap anggota kabinet akan lebih terpacu untuk mematuhi standar dan prosedur yang telah ditetapkan, yang pada akhirnya berkontribusi pada efektivitas pemerintahan.
Namun, penting untuk diingat bahwa terlalu ketat menerapkan kedisiplinan berpotensi menghambat kreativitas dan inovasi. Teori contingency leadership (Fiedler, 1967) mengingatkan bahwa pendekatan kepemimpinan yang efektif harus fleksibel dan disesuaikan dengan situasi tertentu. Dalam konteks pemerintahan, ini berarti kabinet perlu diberi ruang untuk berinovasi dalam merespons perubahan, yang kadang kala tidak bisa diraih dengan hanya mengandalkan kedisiplinan yang kaku.
Potensi Pengaruh terhadap Kebijakan Kabinet