Sementara di Indonesia, meritokrasi masih sering diabaikan, dan posisi penting diisi berdasarkan kepentingan politik jangka pendek. Jika kabinet Prabowo-Gibran ingin berhasil, mereka harus mengutamakan keahlian di atas afiliasi politik.
Ketika dunia menghadapi ketidakpastian geopolitik, Indonesia juga menghadapi tantangan ekonomi yang serius. Kabinet yang efektif harus dapat merespons dengan cepat, khususnya di sektor-sektor vital seperti keuangan, industri manufaktur, dan tekstil. Sayangnya, kabinet besar cenderung memperlambat proses pengambilan keputusan.Â
Di sinilah tantangan besar Prabowo dan Gibran: apakah mereka mampu menjadikan kabinet ini lebih dari sekadar kompromi politik?
Dalam 100 hari pertama, publik menantikan bukti nyata bahwa kabinet ini tidak hanya sekadar simbol dari sistem yang korup. Gibran, sebagai wakil presiden termuda, membawa harapan dan energi baru dengan gaya kepemimpinan pragmatis yang ia tunjukkan selama menjabat sebagai Wali Kota Solo.Â
Namun, tantangan untuk mengubah budaya politik yang cenderung mementingkan status quo tidaklah mudah.
Apakah kabinet besar ini mampu mengatasi tantangan besar yang dihadapi Indonesia, atau justru terseret dalam konflik internal dan kepentingan politik jangka pendek?Â
Waktu akan menjawab apakah Prabowo dan Gibran mampu memenuhi janji mereka untuk memperbaiki sistem hukum, mengurangi ketimpangan ekonomi, dan memberantas korupsi. Jika gagal, kabinet gemuk ini hanya akan memperpanjang stagnasi politik Indonesia, meskipun diisi oleh figur-figur baru yang terlihat segar di permukaan.
Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat menentukan bagaimana sejarah mencatat pemerintahan Prabowo-Gibran. Apakah mereka benar-benar akan membawa perubahan yang dijanjikan, atau kita hanya menyaksikan wajah lama dengan nama-nama baru?Â
Kabinet besar ini akan diuji, dan dalam 100 hari pertama, harapan rakyat terletak pada kemampuan mereka untuk menembus ketebalan kompromi politik dan memberikan perubahan nyata bagi Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H