Namun, Ajilan tidak lagi ikut tertawa. Ia hanya tersenyum tipis, memandang sekeliling, dan perlahan meninggalkan kerumunan tanpa sepatah kata pun.
Saat ia melangkah keluar dari ruangan, suara tawa yang riuh mulai meredup di kejauhan. Di luar, udara malam terasa dingin dan sunyi. Ajilan mendongak ke langit yang kelam, dan di sana, ia bertanya pada dirinya sendiri---apakah ini semua yang ia inginkan?
Tawa di belakangnya masih terdengar samar-samar, seperti bayang-bayang dari dunia yang baru saja ia tinggalkan. Ajilan menghela napas panjang, memejamkan mata sejenak, lalu melangkah pergi, tanpa tahu apakah ia akan kembali menjadi pusat perhatian lagi, atau justru menghilang dalam sunyi yang selalu ia rindukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H