Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Humor Terbaik di Tengah Kerumunan

22 Oktober 2024   03:24 Diperbarui: 22 Oktober 2024   03:45 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH; Khoeri Abdul Muid

Ajilan berdiri di sudut ruangan, menyaksikan teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak. Mereka selalu berhasil menciptakan suasana yang meriah, seolah-olah setiap momen adalah komedi kecil yang tak pernah gagal membuat orang tertawa. Namun, di balik senyumnya yang tipis, ada perasaan hampa yang mengganjal. Sesuatu tidak terasa benar.

Ia telah berhasil membuat orang-orang di sekitarnya tertawa sepanjang malam. Mereka memujinya karena leluconnya yang cerdas, permainan kata yang memukau, dan kemampuannya menciptakan kejutan. Tapi di dalam hati, Ajilan bertanya-tanya, apakah ini benar-benar yang ia inginkan?

Beberapa minggu lalu, Ajilan membaca artikel tentang cara menjadi pribadi humoris. Saat itu, ia terkesima dengan gagasan bahwa siapa pun bisa menjadi sosok yang lucu dan menghibur. Artikel itu menjelaskan delapan cara untuk membangun selera humor, dan Ajilan merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk mengubah hidupnya---untuk menjadi pusat perhatian, bukan hanya orang yang duduk di pinggir, tersenyum tanpa suara.

Ia mulai dengan langkah pertama: memperhatikan lingkungan sekitarnya dan mengumpulkan cerita lucu. Di ponselnya, ia mencatat semua momen ironis dan permainan kata yang ia temui dalam percakapan sehari-hari. Ia mulai melihat dunia seperti seorang komedian, selalu mencari momen yang bisa dijadikan lelucon di kemudian hari.

Seiring waktu, Ajilan semakin mahir menggunakan teknik-teknik humor yang ia pelajari. Ketika rekan kerjanya, Rani, mengeluh tentang proyek yang membingungkan, Ajilan langsung menyahut, "Aku merasa terhormat, sangat senang, dan jelas-jelas kebingungan sepanjang rapat tadi." Semua orang tertawa. Lelucon sederhana, namun mengena.

Kemampuan Ajilan berkembang pesat. Ia menguasai teknik "Rule of Three", "Switcheroo karakter", dan bahkan bermain dengan angka untuk memancing tawa. Setiap kali ia membuat orang tertawa, ada kepuasan aneh yang menyelimuti dirinya, namun sekaligus juga pertanyaan yang mengusik---mengapa ia merasa semakin jauh dari dirinya sendiri?

Sebelum semua ini, Ajilan adalah pribadi yang tenang, lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Namun, saat melihat bagaimana orang lain begitu ceria dan menikmati keberadaannya, ia mulai merasa bahwa menjadi humoris adalah cara untuk diterima dan dicintai. Ia meyakinkan dirinya bahwa ini adalah apa yang ia butuhkan.

Tapi kini, di tengah pujian dan tawa yang meriah, Ajilan merasa ada sesuatu yang hilang. Di ujung setiap lelucon, ada kekosongan yang tak bisa diabaikan. Seolah-olah, semakin banyak ia membuat orang lain tertawa, semakin jauh ia terpisah dari dirinya yang sesungguhnya.

Dan malam itu, di tengah kerumunan yang tertawa, Ajilan merasa lelah. Ia melontarkan lelucon terakhirnya untuk malam itu. "Aku bener-bener benci setiap detik perjalanan panjang tadi," ujarnya sambil tersenyum lebar kepada pelayan yang baru saja menanyakan bagaimana perjalanan yang baru ia lalui. Tawa pecah lagi. Orang-orang di sekitarnya menikmati setiap kata-katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun