Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pulung dalam Konteks Keterpilihan Prabowo-Gibran pada Pilpres, Simbol Mistis dan Relevansi Budaya Jawa

19 Oktober 2024   18:20 Diperbarui: 19 Oktober 2024   18:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara filsafat, narasi seperti pulung mencerminkan konsep mitos politik, di mana simbol-simbol digunakan untuk membangun narasi kepemimpinan. Ernst Cassirer berpendapat bahwa mitos-mitos politik memainkan peran penting dalam membentuk persepsi kolektif mengenai legitimasi kekuasaan. 

Dalam hal ini, pulung bisa dipandang sebagai alat naratif yang digunakan untuk membangun citra Prabowo-Gibran sebagai figur-figur yang "ditakdirkan" untuk memimpin. Simbol ini bisa menjadi kekuatan yang menggerakkan dukungan dari kalangan masyarakat yang percaya pada konsep mistis.

Dalam pandangan Hegel, sejarah sering kali dipahami sebagai manifestasi dari Ruh, atau semangat besar yang mendorong peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah manusia. Konsep pulung, dalam konteks ini, dapat dilihat sebagai representasi dari Ruh yang menggerakkan perjalanan politik Indonesia, membawa Prabowo-Gibran menuju takdir kepemimpinan mereka.

Perspektif Teori Sosial: Relevansi Mistisisme dalam Politik Modern

Meskipun mistisisme seperti pulung masih memiliki daya tarik dalam budaya tradisional, kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa dunia modern semakin didominasi oleh rasionalitas dan pragmatisme. Max Weber, dalam teorinya tentang legitimasi, menggambarkan bahwa kekuasaan dapat dibagi menjadi tiga jenis: tradisional, karismatik, dan rasional-legal. 

Pulung dapat dilihat sebagai bagian dari legitimasi tradisional, di mana kekuasaan diakui karena warisan dan simbol-simbol mistis yang dipercayai masyarakat. Namun, dalam politik modern, legitimasi rasional-legal---yang berdasarkan hukum dan aturan---lebih mendominasi, terutama di negara demokrasi seperti Indonesia.

Kesimpulan: Simbol Mistis dalam Politik Modern

Pulung sebagai simbol mistis mungkin tidak sepenuhnya hilang dalam politik modern, terutama di kalangan masyarakat yang masih memegang erat tradisi Jawa. Dalam konteks Pilpres 2024, narasi pulung dapat memperkuat citra Prabowo-Gibran sebagai pemimpin yang "ditakdirkan" oleh kekuatan mistis untuk memimpin Indonesia. 

Meskipun demikian, kekuatan simbolisme ini tetap harus berpadu dengan strategi politik rasional, yang mencakup visi, misi, dan program-program nyata yang ditawarkan kepada rakyat.

Dalam politik demokrasi, legitimasi tetap berada di tangan rakyat, yang memilih berdasarkan berbagai pertimbangan, baik yang bersifat pragmatis maupun simbolis. 

Pulung mungkin bisa menjadi narasi pendukung bagi Prabowo-Gibran, tetapi pada akhirnya, kekuatan politik sejati terletak pada kemampuan mereka untuk meyakinkan rakyat dan memenangkan hati para pemilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun