Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pulung dalam Konteks Keterpilihan Prabowo-Gibran pada Pilpres, Simbol Mistis dan Relevansi Budaya Jawa

19 Oktober 2024   18:20 Diperbarui: 19 Oktober 2024   18:24 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara itu, Gibran, putra Presiden Joko Widodo, membawa simbolisme politik dan kekuasaan dari ayahnya. Dalam perspektif mistis, Gibran seolah-olah menerima pulung keraton---legitimasi mistis kekuasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam tradisi Jawa.

Bagi sebagian masyarakat Jawa, terutama di wilayah seperti Solo yang menjadi pusat budaya Jawa, pasangan ini bisa dianggap sebagai penerus takdir kepemimpinan yang telah dirancang oleh kekuatan supranatural.

Perspektif Politik: Antara Simbolisme dan Rasionalitas

Namun, dalam politik modern, narasi mistis seperti pulung hanya berfungsi sebagai simbol kultural yang memperkaya dinamika politik. 

Dalam dunia yang didominasi oleh strategi elektoral, angka elektabilitas, dan program-program konkret, kepercayaan mistis tidak dapat menggantikan realitas pragmatis yang menentukan kemenangan dalam pemilihan. Faktor seperti dukungan partai, popularitas, manajemen isu, dan strategi kampanye akan memainkan peran lebih besar dalam menentukan hasil Pilpres.

Dari perspektif politik rasional, legitimasi kekuasaan harus datang melalui proses pemilihan umum yang demokratis, transparan, dan berbasis hukum. Dalam hal ini, pulung tidak dapat diandalkan sebagai dasar tunggal untuk membangun kepemimpinan yang sah. 

Meskipun begitu, bagi masyarakat yang masih memegang kuat tradisi Jawa, narasi mistis ini bisa memperkuat dukungan emosional dan simbolis terhadap Prabowo-Gibran.

Perspektif Hukum: Legitimasi Konstitusional vs. Legitimasi Mistis

Dari perspektif hukum, legitimasi politik sepenuhnya didasarkan pada konstitusi dan mekanisme pemilihan umum. Dalam konteks negara demokratis seperti Indonesia, kekuasaan hanya bisa diperoleh melalui pemilihan yang sah dan diakui secara hukum. Meskipun simbolisme seperti pulung bisa memperkuat persepsi kepemimpinan di kalangan tertentu, legitimasi mereka tetap harus melalui jalur konstitusional yang telah diatur undang-undang. 

Hukum tidak mengenal konsep mistis seperti pulung sebagai faktor penentu kekuasaan, namun hukum tetap membuka ruang bagi masyarakat untuk memilih berdasarkan keyakinan, termasuk keyakinan tradisional.

Perspektif Filsafat: Mitos Pulung dan Kekuatan Simbol dalam Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun