OLEH: Khoeri Abdul MuidÂ
Program Makan Siang Gratis yang diusulkan oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka kini menjadi sorotan utama dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Inisiatif ini bertujuan untuk mengatasi masalah malnutrisi di kalangan siswa sekolah dasar dan meningkatkan performa akademis mereka dengan menyediakan makan siang gratis di sekolah. Dalam rangka memerangi malnutrisi yang mengganggu konsentrasi dan kemampuan belajar anak-anak, program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan.
Pelaksanaan program ini direncanakan akan dimulai pada tahun 2025, bergantung pada alokasi anggaran yang telah disiapkan. Menurut data terbaru, pemerintah telah menganggarkan sekitar Rp71 triliun untuk mendukung program ini, yang akan melibatkan kerjasama antara berbagai kementerian untuk memastikan penyediaan bahan makanan yang bergizi dan berkualitas.
Dengan anggaran sekitar Rp15.000 per anak, diharapkan program ini dapat menjangkau anak-anak dari keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia.
Masalah malnutrisi di kalangan siswa sekolah dasar sangat serius. Data menunjukkan bahwa sekitar 30,8% anak Indonesia mengalami stunting, yang berdampak langsung pada kemampuan belajar dan prestasi akademis mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang kekurangan gizi sering mengalami keterlambatan perkembangan kognitif dan kesulitan belajar, sehingga sangat penting untuk meningkatkan asupan gizi mereka melalui program ini.
Namun, tantangan dalam pelaksanaan program ini tetap ada. Masalah logistik, kualitas makanan, dan pengawasan yang efektif menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Meskipun ada potensi manfaat besar dari program makan siang gratis, keberhasilannya bergantung pada perencanaan yang matang dan kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat.
Program ini bukan hanya sekadar memberi makan siang kepada anak-anak, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan di Indonesia.