Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Multilateralisme di Ujung Tanduk: Ketika Kekuatan Global Melanggar Hukum Internasional, Apa yang Tersisa?

11 Oktober 2024   19:36 Diperbarui: 11 Oktober 2024   22:13 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menlu Retno Marsudi di sela-sela KTT ASEAN Laos (Foto: dok. Setwapres)

Dalam perspektif filsafat politik John Rawls, keadilan global menuntut negara-negara kuat untuk bertindak demi kesejahteraan kolektif, bukan semata demi kepentingan mereka sendiri. Amerika Serikat, dalam hal ini, dihadapkan pada pilihan moral: mendukung hukum internasional atau mempertahankan aliansi politiknya dengan Israel.

Selain itu, seruan Retno untuk menjalin kerja sama yang lebih erat di bidang energi hijau dan ekonomi digital di forum ASEAN-AS mengingatkan kita bahwa perdamaian dan stabilitas tidak hanya dibangun melalui diplomasi militer, tetapi juga melalui kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan.

Inisiatif ini mencerminkan pemikiran ilmuwan politik Robert Keohane tentang interdependensi kompleks, di mana kerja sama internasional dalam ekonomi dan teknologi dapat memperkuat perdamaian dengan menciptakan jaringan ketergantungan antara negara-negara.

Namun, semua ini akan sia-sia jika hukum internasional terus dilanggar tanpa konsekuensi. Pada akhirnya, pertanyaannya adalah: Seberapa jauh multilateralisme dapat bertahan ketika kekuatan-kekuatan besar memilih untuk bermain sesuai aturan mereka sendiri?

Jawaban ini mungkin terletak pada seberapa kuat suara komunitas internasional---termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia---dalam menuntut keadilan dan tanggung jawab di panggung global.

Dengan serangan terhadap UNIFIL ini, dunia kembali diingatkan bahwa perdamaian adalah konstruksi yang rapuh. Jika hukum dan multilateralisme tidak dijaga, maka apa yang tersisa untuk melindungi kita dari kekacauan global?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun