Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Praktik Ijab Kabul Hingga Cinta Sejati, Sebuah Takdir yang Tak Disangka

10 Oktober 2024   17:34 Diperbarui: 10 Oktober 2024   17:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Bayangkan ini: kamu duduk di kelas, mungkin sedang bosan saat gurumu menjelaskan tentang proses ijab kabul, sebuah tradisi yang sepertinya jauh dari relevansi kehidupan sekolahmu sehari-hari. Lalu tiba-tiba, tanpa sadar, kamu ditarik menjadi aktor utama dalam skenario pernikahan pura-pura di depan teman-teman sekelas. 

Tahun 2016, ijab kabul hanyalah tugas sekolah, sebuah ritual latihan yang sama sekali tak dianggap serius. Namun, siapa sangka, delapan tahun kemudian, sandiwara kecil itu berubah menjadi kenyataan?

Di sinilah teori foreshadowing dalam kehidupan terasa begitu nyata. Dalam narasi sastra, foreshadowing digunakan untuk memberikan petunjuk tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan. Tetapi, dalam kehidupan nyata, siapa yang mengira sebuah praktik sederhana di sekolah bisa jadi pertanda jodoh sesungguhnya? 

Ini adalah kisah viral yang telah membuktikan bahwa takdir bisa dimainkan oleh hal-hal sekecil apapun, termasuk tugas sekolah yang dianggap iseng.

Dari perspektif psikologi, mungkin ada yang berargumen bahwa kebiasaan atau interaksi berulang di masa remaja memiliki kekuatan bawah sadar yang memengaruhi pilihan hidup kita. Dalam teori mere exposure effect, semakin sering kita terpapar pada seseorang atau sesuatu, semakin besar kemungkinan kita merasa nyaman dan tertarik. 

Jadi, mungkin latihan ijab kabul yang awalnya hanya permainan memicu semacam "chemistry" yang akhirnya berbunga delapan tahun kemudian.

Namun, sudut pandang yang lebih lucu mungkin datang dari teori kebetulan, atau serendipity. Seperti yang dikatakan banyak orang, terkadang cinta datang ketika kita paling tidak mengharapkannya. 

Dua remaja yang hanya menjalankan peran pernikahan di sekolah bisa jadi bahkan tidak saling menyukai saat itu. Tetapi, waktu, pengalaman, dan mungkin campur tangan takdir membuat mereka akhirnya benar-benar mengikat janji suci, kali ini dengan serius.

Cerita ini adalah cerminan dari bagaimana kehidupan, seperti komedi romantis, sering kali penuh dengan tikungan yang tak terduga. Siapa yang bisa menebak bahwa cinta bisa dimulai dari sebuah tugas sekolah yang sederhana? Jika ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini, mungkin itu adalah: jangan pernah remehkan tugas sekolah, terutama yang melibatkan pasangan!

Dan ketika kamu melihatnya dari sudut pandang teori sosial, ini adalah contoh sempurna tentang bagaimana peran sosial dan ekspektasi budaya kita tentang pernikahan bisa begitu mempengaruhi tindakan dan keputusan kita di masa depan. Kadang-kadang, tanpa kita sadari, kita sudah memulai jalan menuju masa depan kita sejak kita masih remaja---meskipun saat itu kita mungkin hanya tertawa karena lucunya praktik ijab kabul.

Jadi, apa yang dimulai sebagai lelucon kecil delapan tahun lalu akhirnya berbuah menjadi kisah cinta yang manis dan mengejutkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun