Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Moralitas yang Dipertaruhkan, di Mana Nurani di Era Digital?

10 Oktober 2024   10:03 Diperbarui: 10 Oktober 2024   10:18 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai makhluk sosial, kita dihadapkan pada pertanyaan apakah teknologi yang seharusnya mempermudah kehidupan kita malah menjadi alat penghancur moralitas kita sendiri.

Dalam teori modern tentang etika digital, privasi dianggap sebagai hak asasi yang harus dihormati oleh setiap individu. Sayangnya, dalam dunia di mana setiap tindakan bisa direkam dan disebarkan dengan satu klik, kita seringkali mengabaikan prinsip ini. Filsuf Immanuel Kant pernah mengatakan bahwa manusia tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk tujuan lain; manusia harus dihargai sebagai tujuan itu sendiri. 

Namun, dalam kasus ini, jelas bahwa pelanggaran privasi menjadikan kedua pelaku sebagai objek konsumsi publik yang kehilangan hak mereka untuk dihargai sebagai manusia.

Ketika agama, filsafat, dan etika modern bertemu dalam persimpangan kasus ini, satu hal yang jelas: kita sedang mengalami krisis moral yang mendalam. Masyarakat kita telah terlalu jauh tenggelam dalam budaya voyeurisme, di mana kepuasan atas aib orang lain menjadi hiburan murah yang mengikis nilai-nilai dasar kemanusiaan.

Pada akhirnya, ini bukan hanya tentang dua orang yang melakukan kesalahan dan mendapat hukuman. Ini adalah refleksi tentang bagaimana kita sebagai masyarakat merespons fenomena tersebut. Apakah kita memilih untuk mengejar sensasi dan gosip, ataukah kita mampu menegakkan nilai-nilai moral yang lebih tinggi, yang sesuai dengan ajaran agama dan filsafat kehidupan?

Pertanyaannya kini terletak pada kita: apakah kita akan menjadi bagian dari solusi atau terus tenggelam dalam lingkaran destruksi moral ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun