Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Kepala Sekolah SDN Kuryokalangan 02, Gabus Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Anies-Ganjar dan Prabowo, Refleksi Kepemimpinan dalam Harmoni Pergantian

9 Oktober 2024   22:47 Diperbarui: 10 Oktober 2024   01:29 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam budaya Indonesia yang kaya akan nilai musyawarah dan gotong royong, undangan kepada semua tokoh politik ini menunjukkan bahwa meski kontestasi politik bisa sengit, budaya kita tetap menghargai kebersamaan. Perbedaan politik tak boleh merusak persatuan bangsa. 

Seperti pepatah "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh," pelantikan ini adalah saat di mana persatuan kembali diteguhkan meskipun sebelumnya ada perbedaan pendapat dan kepentingan.

Dari perspektif teori sosial, fenomena ini dapat dianalisis melalui konsep co-optation atau penggabungan kekuatan yang berlawanan dalam sistem politik. Anies, Ganjar, dan lawan-lawan politik lainnya mungkin tak lagi memegang kendali langsung dalam pemerintahan, tetapi dengan menghadiri pelantikan, mereka tetap menjadi bagian dari dinamika negara. 

Teori ini menjelaskan bagaimana kekuasaan, meskipun berputar, tetap memiliki mekanisme untuk menyerap dan menghargai kontribusi dari berbagai pihak, bahkan mereka yang sempat menjadi pesaing.

Pada akhirnya, momen undangan bagi lawan politik untuk hadir dalam pelantikan presiden ini adalah lebih dari sekadar formalitas. Ia adalah refleksi mendalam tentang nilai-nilai kebersamaan, hukum, keadilan, dan kerendahan hati dalam kekuasaan. Seperti yang diajarkan dalam Islam, filsafat, dan hukum, tanggung jawab memimpin tak pernah lepas dari pengawasan moral dan sosial. 

Bagi bangsa Indonesia, prosesi ini menjadi cermin tentang bagaimana perbedaan politik bukan alasan untuk perpecahan, tetapi justru momentum untuk menyatukan langkah menuju masa depan yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun