Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Meja Transisi Prabowo-Sri Mulyani: Simbol Kepemimpinan, Komunikasi, dan Stabilitas

9 Oktober 2024   07:54 Diperbarui: 9 Oktober 2024   07:56 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Apa makna sebenarnya dari pertemuan rutin antara dua figur besar dalam pemerintahan?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani sering bertemu untuk membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.

Apakah ini hanya sekadar diskusi teknis, atau terdapat pesan politik dan simbolisme yang lebih mendalam di baliknya?

Pertemuan yang hampir berlangsung setiap hari ini, tanpa banyak sorotan publik, menggambarkan lebih dari sekadar persiapan dokumen anggaran. Di baliknya, ada dinamika transisi yang diatur dengan hati-hati untuk memastikan kelancaran kepemimpinan, stabilitas politik, dan kesinambungan ekonomi.

Transisi yang mulus adalah hal yang diimpikan oleh banyak negara, karena masa-masa peralihan bisa membawa risiko ketidakpastian. Namun, di Indonesia, dialog antara Prabowo dan Sri Mulyani ini menjadi simbol penting bahwa kekuasaan bukan hanya berpindah, melainkan disiapkan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Dalam lanskap politik modern, gestur-gestur seperti ini sering kali menjadi cerminan dari teori komunikasi politik. Pertemuan yang berlangsung di ruang-ruang tertutup, jauh dari hiruk-pikuk media, menunjukkan bahwa komunikasi informal antar tokoh besar tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian informasi teknis. Ini adalah medium di mana perbedaan bisa dijembatani, keputusan strategis dipertimbangkan, dan visi bersama dibentuk tanpa gangguan publik.

Jokowi sendiri menegaskan bahwa transisi kepemimpinan kali ini sangat berbeda dibandingkan masa ketika dirinya mengambil alih pemerintahan dari Susilo Bambang Yudhoyono pada 2014. Butuh waktu lebih dari setahun untuk beradaptasi kala itu. Namun kini, proses yang berlangsung di balik layar ini memungkinkan Prabowo dan kabinetnya langsung bekerja tanpa jeda.

Dari perspektif simbolisme politik, pertemuan antara Prabowo dan Sri Mulyani adalah tanda penting dari sinergi antara masa lalu dan masa depan. Ketika seorang presiden terpilih mulai merancang masa depannya bersama arsitek keuangan negara saat ini, itu menandakan adanya kesinambungan yang kuat.

Dalam politik, simbol seperti ini memberikan rasa aman dan optimisme bagi masyarakat, menunjukkan bahwa perubahan tidak akan menciptakan ketidakstabilan, melainkan akan melanjutkan fondasi yang sudah dibangun.

Tak hanya itu, ini juga menyentuh ranah teori kepemimpinan transformasional. Proses transisi yang dipersiapkan secara matang, di mana pemimpin yang akan datang dan tokoh kunci di pemerintahan saat ini bekerja sama, mencerminkan sebuah proses kolaboratif yang tidak hanya memikirkan kekuasaan, tetapi juga keberlanjutan visi jangka panjang bangsa.

Ini adalah momen di mana kepemimpinan tidak dilihat sebagai usaha individu, melainkan kolektif. Kekuatan simbolis ini menggarisbawahi bahwa kepemimpinan Prabowo, meskipun membawa pembaruan, tetap berakar pada kesinambungan kebijakan yang solid.

Lebih jauh lagi, dari perspektif komunikasi politik, pertemuan ini menekankan pentingnya dialog yang terus-menerus dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi. Ketika Prabowo dan Sri Mulyani duduk bersama untuk membahas RAPBN, bukan hanya angka yang dipertimbangkan, tetapi juga bagaimana anggaran tersebut akan mencerminkan visi baru tanpa mengganggu stabilitas yang sudah terbentuk.

Ini mengingatkan kita pada pentingnya komunikasi dalam menghadapi tantangan-tantangan besar di masa depan.

Selain itu, transisi yang lancar ini juga memunculkan teori tentang stabilitas politik sebagai elemen kunci keberhasilan ekonomi. Jokowi menyatakan bahwa transisi yang terorganisir dengan baik adalah penting untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi, serta membangun optimisme di tengah masyarakat.

Stabilitas inilah yang menjadi dasar bagi keberlanjutan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Pada akhirnya, pertemuan-pertemuan yang intens antara Prabowo dan Sri Mulyani ini mengandung banyak pesan tersirat. Ini bukan sekadar pertemuan teknis, melainkan simbol kuat dari kesiapan Indonesia memasuki fase baru tanpa mengguncang pondasi yang ada. Komunikasi informal yang terjadi di ruang tertutup ini menjadi cerminan dari pentingnya sinergi antara kepemimpinan saat ini dan masa depan.

Proses transisi yang lancar ini adalah contoh nyata bahwa politik, ketika diwarnai dengan dialog dan kerja sama, mampu menciptakan stabilitas di tengah perubahan yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun