Dalam konteks Islam, nabi terakhir, Muhammad SAW, disebut sebagai Khatamun Nabiyyin---penutup para nabi. Dia membawa risalah yang sempurna dan final, yang mencakup seluruh umat manusia, melintasi batas-batas geografis, etnis, dan budaya. Namun, meskipun Muhammad adalah nabi terakhir, peran wahyu tidak berakhir di sana. Wahyu tetap hidup dalam bentuk Al-Qur'an, yang terus dibaca, dipahami, dan diinternalisasi oleh umat manusia sepanjang sejarah.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari konsep kenabian ini? Pertama, bahwa Tuhan selalu berkomunikasi dengan makhluk-Nya, namun tidak semua orang diberi kehormatan untuk mendengar suara-Nya secara langsung. Kedua, bahwa wahyu bukan sekadar informasi atau doktrin, tetapi sebuah panggilan untuk perubahan---perubahan dalam cara kita berpikir, bertindak, dan berhubungan dengan Tuhan dan sesama.
Dan akhirnya, pemilihan nabi mengajarkan kita tentang kerendahan hati. Bahwa di hadapan Tuhan, kita semua adalah makhluk yang terbatas, tetapi dalam keterbatasan itulah Tuhan memberikan kita kesempatan untuk mendengar, memahami, dan mengikuti petunjuk-Nya. Para nabi hanyalah contoh paling murni dari pengabdian ini---sebagai individu yang menyerahkan seluruh keberadaannya kepada Tuhan, sehingga mereka bisa menjadi sarana di mana Tuhan berbicara kepada seluruh umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H