Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Diary

Mengelilingi Universitas: Sebuah Refleksi Ilmu

4 Oktober 2024   13:35 Diperbarui: 4 Oktober 2024   13:43 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul muid

Saat itu, saya berdampingan dengan Bu Doktor Prat, sosok yang bukan hanya rekan, tetapi juga inspirasi dalam perjalanan akademik saya. Hari itu, 15 Maret, angin semangat bertiup kencang di Universiti Malaya. Aula penuh dengan energi---seperti ada getaran halus yang merambat di udara, seolah setiap jiwa di sana tersedot dalam pusaran kata-kata yang diucapkan. Tak satu pun pandangan lepas dari pembicara, tak satu kata terbuang tanpa makna.

Di tengah aliran kalimat yang terus mengalir, saya merenungkan prinsip yang terpatri dalam ajaran Islam: berbagi ilmu adalah amal yang paling mulia. Ada pepatah kuno yang menggema dalam hati, "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad." Ilmu itu abadi, dan perjalanan mencari pengetahuan adalah sebuah ibadah yang tak mengenal usia.

Presentasi itu, lebih dari sekadar menyampaikan data dan fakta, adalah sebuah pengembaraan. Saya merasa seperti melintasi batas-batas pengetahuan yang sebelumnya tersembunyi, menggali lebih dalam ke inti pemahaman. Setiap pertanyaan dari audiens bagai benih yang ditebarkan ke ladang subur, tumbuh menjadi wacana yang lebih luas. Seperti Socrates dengan metode dialektiknya, kami di sana bukan untuk memberi jawaban akhir, melainkan untuk membuka lebih banyak pintu menuju pemahaman.

Setelah presentasi usai, saya mulai menapaki kampus Universiti Malaya yang mempesona. Setiap langkah terasa seperti memasuki babak baru dalam sebuah buku kehidupan. Dari kafe yang riuh hingga perpustakaan yang sunyi, dan tasik yang menyajikan panorama menenangkan, setiap sudut kampus menawarkan pelajaran, bukan sekadar pemandangan.

Di kafe, aroma kopi segar menyusup ke dalam percakapan yang tak hanya sebatas tugas dan tanggung jawab. Ada tawa, ada kegelisahan, ada ide-ide liar yang tak terduga. Di situlah, dalam kesederhanaan secangkir kopi, terjadi pertukaran energi---sebuah jaringan dukungan yang menguatkan kami di tengah tekanan dunia akademis. Di sini, dalam interaksi sehari-hari, saya sadar bahwa kekuatan manusia terletak pada kebersamaan, pada kemampuan untuk saling menopang ketika beban terasa terlalu berat untuk ditanggung sendiri.

Perpustakaan---tempat di mana dunia-dunia baru terbuka hanya dengan membalik halaman buku. Di antara rak-rak penuh buku itu, saya terdiam. Di hadapan lautan pengetahuan yang tak bertepi, saya merasa kecil, namun sekaligus bersemangat untuk terus menyelam lebih dalam. Dalam sunyi perpustakaan, saya menemukan harmoni yang mengingatkan pada filosofi hermeneutika: bahwa pemahaman adalah hasil dari pencarian makna, dari interpretasi yang terus berubah seiring dengan kedewasaan kita.

Dan kemudian, tasik yang tenang itu. Di permukaan air yang memantulkan langit biru, saya melihat diri saya. Ada keindahan dalam kesederhanaan refleksi itu. Dalam keheningan, saya teringat pada satu ayat, "Dan Dia menciptakan segala sesuatu dengan ukuran." Air yang tenang ini mengingatkan saya bahwa dalam kehidupan, ada keseimbangan. Segala sesuatu diciptakan dengan hikmah, dan tugas kita adalah mencari makna di baliknya. Saat saya memandang refleksi diri di permukaan air, ada pertanyaan yang berbisik di hati: Apa yang ingin saya capai di sini? Bagaimana perjalanan ilmu ini membentuk diri saya?

Menelusuri kampus, saya sadar bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas. Setiap interaksi, setiap pengalaman, adalah pelajaran. Pengetahuan tidak hanya dikumpulkan, melainkan dibangun dari pengalaman-pengalaman yang membentuk siapa kita. Teori pembelajaran konstruktivis mengajarkan bahwa kita, sebagai manusia, tidak pasif menerima pengetahuan, tetapi aktif menciptakannya melalui perjalanan hidup kita.

Saat matahari mulai terbenam, saya terhanyut dalam refleksi yang lebih dalam. Hidup ini, seperti perjalanan di kampus, penuh warna dan ragam. Ada tawa, ada kesedihan, ada keberhasilan, dan ada kegagalan. Namun, di setiap tikungan jalan, selalu ada pelajaran berharga yang menunggu. Seperti presentasi yang seru, dan kampus yang penuh cerita, saya diajak untuk menghargai setiap langkah, setiap proses, dan setiap orang yang saya temui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun