Malam harinya, kami ditraktir di kedai durian D24. Meskipun Musang King tidak tersedia, kehangatan dan keakraban mengalahkan rasa. Guru besar yang menyebut diri saya "biawak" karena makannya sedikit, menghadirkan tawa di antara kami. Dalam momen-momen kecil seperti ini, kita menemukan makna dari kebersamaan. Kita belajar bahwa hidup tidak selalu tentang seberapa banyak yang kita miliki, tetapi tentang bagaimana kita menikmati setiap detik yang diberikan.
Kehangatan dan kerinduan kembali ke Malaysia muncul, bukan hanya karena kelezatan makanan, tetapi juga karena kenangan yang terukir di hati. Memori tentang borongan perkopian, Old Town Coffee dengan berbagai varian, teh tarik, dan coklat Beryl's, mengingatkan saya akan kebersamaan yang penuh warna ini.
Di akhir hari, saya merenungkan bahwa setiap pengalaman dalam perjalanan ini bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi bagian dari sebuah perjalanan spiritual dan akademik. Dalam perspektif Islam, setiap pertemuan adalah kesempatan untuk menambah ilmu dan mempererat persaudaraan. Sebagaimana firman-Nya, "Dan Allah menjadikan di antara kalian rasa kasih dan sayang." (Al-Rum: 21).
Mari kita nikmati setiap momen, mengisi kehidupan dengan warna-warni interaksi dan kolaborasi. Setiap senyuman, setiap kata, menjadi bagian dari sejarah yang akan kita tulis bersama. Dengan semangat yang menggelora, kita melangkah maju, bersama dalam misi pendidikan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H