OLEH: Khoeri Abdul muid
Apa yang akan kau lakukan jika kamu mendengar tangisan makhluk tak bersalah yang terancam oleh tangan manusia?
Di tengah keheningan hutan yang rimbun, aku berjalan menyusuri jalan setapak, terpesona oleh suara-suara alam yang menari di telingaku. Angin berbisik lembut melalui dedaunan, sementara cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan pola indah di atas tanah. Namun, di antara alunan suara alami itu, sebuah tangisan melengking memecah kedamaian.
Berhenti sejenak, aku mencari sumber suara itu. Beberapa burung terbang panik, seolah meratap atas sesuatu yang lebih dari sekadar kehilangan. Dalam hati, rasa ingin tahuku membara, dan aku mendekati salah satu burung yang tampak paling sedih.
"Oh, kenapa kau menangis, burungku yang cantik?" tanyaku, berusaha mengajak burung itu berbicara.
Burung itu, dengan bulu yang mengilap dan mata penuh kepedihan, mendekat. Ia tampak tahu bahwa aku adalah pendengar yang tulus, sesuatu yang mungkin jarang ia temui.
"Kami menangis karena sebentar lagi, anak-anak manusia akan datang," jawabnya dengan suara melengking penuh kesedihan. "Mereka akan membawa senjata dan jaring. Mereka memburu kami, bukan hanya untuk dijadikan santapan, tetapi juga untuk dijual di pasar. Kami menjadi komoditas di mata mereka, dicari dan diperlakukan layaknya barang."
Aku tertegun, terbenam dalam rasa malu yang mendalam. Tangan manusia, yang seharusnya melindungi, justru menjadi ancaman. "Apakah tidak ada cara untuk menghentikan semua ini?" tanyaku, nada keprihatinan terdengar dalam suaraku.
Burung itu menatapku dengan harapan. "Kami berharap akan ada manusia yang peduli dan memahami penderitaan kami. Jika kamu bisa menyebarkan pesan ini, mungkin ada harapan."
Tanggung jawab itu terasa berat di pundakku. "Aku akan berusaha. Aku akan menceritakan kisahmu dan mengajak orang lain untuk menjaga kalian dan lingkungan ini. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik."