Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengantin Suci di Ujung Takdir

23 September 2024   20:26 Diperbarui: 23 September 2024   21:01 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/jejeje026

Sari terkejut. Jantungnya seakan berhenti. "Tahu apa?" bisiknya, suaranya gemetar.

"Aku tahu tentang pesan-pesan itu," kata Bima dengan suara lembut namun tegas. "Tapi aku juga tahu bahwa kamu menyesalinya. Aku memilihmu bukan karena kamu sempurna, tapi karena aku percaya padamu. Kita semua pernah tersesat, tapi kita selalu punya pilihan untuk kembali."

Air mata Sari semakin deras mengalir. Di hadapannya, berdiri seorang pria yang tidak hanya mencintainya, tapi juga mampu memaafkan kesalahan kecil yang selama ini menghantui pikirannya. "Bima, aku...," suaranya tersendat.

"Sst...," Bima menaruh jarinya di bibirnya. "Sudah cukup. Hari ini, kita mulai dari awal. Bersama."

Sari merasakan beban di pundaknya terangkat. Meskipun dirinya merasa belum sepenuhnya suci, Bima telah memberinya kesempatan untuk memperbaiki dirinya, untuk menjadi lebih baik. Sari tersenyum di antara air matanya. Kini, dia tahu bahwa setia bukanlah tentang tidak pernah berbuat salah, melainkan tentang kemauan untuk selalu kembali pada yang benar, meski tersesat.

Di tengah ribuan mata yang menatap mereka, Sari dan Bima saling memegang tangan, mengukir janji setia yang lebih dalam dari sekadar ucapan. Itu adalah janji untuk saling memperbaiki, saling menerima, dan saling menguatkan, apa pun yang terjadi.

Mungkin Sari bukanlah perawan suci yang sempurna, tapi hari ini, dia siap untuk menjadi istri yang setia---dalam arti yang sesungguhnya. Bukan hanya dalam tubuh, tapi juga hati dan pikiran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun