Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Di Antara Cinta dan Kebencian

23 September 2024   06:17 Diperbarui: 23 September 2024   06:30 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu kemudian, tragedi melanda kota. Sebuah kebakaran besar menghancurkan bagian dari pemukiman kumuh, dan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal. Amir segera mengorganisir penggalangan dana dan mengumpulkan sukarelawan untuk membantu korban.

Saat berita kebakaran menyebar, Dila melihat banyak orang berkumpul untuk membantu. Melihat kegigihan Amir dan semangat para sukarelawan, hatinya mulai goyah. Ia menyaksikan cinta yang tulus dari orang-orang yang ingin membantu sesama. Dila pun tergerak untuk ikut berkontribusi.

Dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran, Dila dan Amir bertemu. Amir melihat Dila datang dengan wajah cemas. "Dila, kau datang!"

"Maafkan aku, Amir. Aku sudah salah. Aku tidak menyadari betapa pentingnya cinta dalam hidup kita. Aku ingin membantu," kata Dila dengan suara bergetar.

Amir tersenyum, merangkul sahabatnya. "Tidak ada kata terlambat, Dila. Mari kita bantu mereka bersama. Cinta tidak hanya tentang memberikan, tetapi juga tentang menerima dan memahami satu sama lain."

Malam itu, mereka bekerja sama dengan sukarelawan lainnya, membagikan makanan, selimut, dan memberikan dukungan emosional kepada korban kebakaran. Dalam keramaian itu, Dila merasakan kehangatan cinta dan persatuan yang mengalir di antara mereka.

Saat mereka pulang, Dila menatap Amir dengan haru. "Aku salah, Amir. Cinta itu memang bisa membuat kita kuat. Tanpa cinta, kita tidak akan pernah bisa berdiri di tengah penderitaan."

Amir tersenyum lebar. "Dan itulah esensi dari Pancasila. Kita harus mencintai sesama untuk membangun masyarakat yang adil dan beradab. Setiap orang berhak mendapatkan cinta dan perhatian."

Di tengah perjalanan pulang, Dila merasa terlahir kembali. Ia kini menyadari bahwa cinta bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan yang dapat mengubah dunia. Dengan penuh harapan, ia berjanji untuk bersama Amir menyebarkan cinta dan kebaikan di mana pun mereka berada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun