“Ampun Tuan Putri. Siap!. Hamba siap menjalankan perintah. Silakan mengenal? Kan sudah kenal, Tuan Putri?”.
“Maksudku… Apakah kamu masih… Statusmu masih jomblo, begitu?...”.
“Ampun, Tuan Putri… Hamba ini ketrini. Tidak bersaudara. Juga tidak beranak-istri, sebagaimana istilah Tuan Putri… status jomblo, Tuan Putri…”.
Yup. Jomblo?
Mengerti status jomblo Sadi Bei, hati Siti Rokhana semakin berbunga-bunga saja.
“Sadi Bei… mana tanganmu?”, Siti Rokhana mendadak mendekat dan meraih tangan kiri Sadi Bei. Sembari memasangkan Cincin Keagungan Turki di jari manisnya.
Sadi Bei gemetar tak karuan.
“Sadi Bei… Ini Cincin Keagungan Turki… Jaga ia baik-baik. Jangan sampai hilang. Sebab, hilangnya cincin ini sama halnya hilangnya nyawamu, Sadi Bei…”.
“Siap, menjalankan perintah, Tuan Putri…”.
“Ya… ya…, Sadi Bei. Begini, pada awal tugasmu ini, kamu saya beri waktu cuti 7 hari. Silakan gunakan waktu liburmu baik-baik. Setelah itu kamu harus kembali lagi ke Taman Hertantun ini.”.
“Siap dan terimakasih, Tuan Putri”.