Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kudeta Turki Edisi Topeng Mas: Geger Kapten Lazaro#5

15 Oktober 2016   20:10 Diperbarui: 15 Oktober 2016   20:15 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber ilustrasi: wikipedia

Siti Rokhana yang adik Sultan Turki, Abdul Aziz, bersama para mbak-mbak emban (asisten)-nya sedang bersuka cita naik beberapa prahu di pantai laut Hitam.

“Hai… ayo, mban… ‘ndayungnya yang kenceng biar prahunya laju…. Ayo….. he he he……”, teriak Siti Rokhana.

“Ayo, Tuan Putri… Prahu Tuan kami salip lo….”, teriak mban yang menumpang prahu lainnya.

Eit! Wush… wush… wush… Tiba-tiba saja terdengar suara dari arah samping jauh, angin putting beliung menggulung prahu Siti Rokhana.

Siti Rokhana dan para emban  tunggang langgang menjerit sejadi-jadinya.

Akan tetapi… Byuk. Prahu Siti Rokhana terbalik! Dan, kontan saja ia gelagepan berusaha jangan sampai terseret ombak yang menggulung menggunung itu. Tapi Siti Rokhana kehabisan tenaga.

“Tolong… Tolong… Tolong…”.

Melihat keadaan gawat darurat demikian Sadi spontan menceburkan diri mengejar dan membawanya ke daratan untuk diberi pertolongan karena Siti Rokhana pingsan.

Namun belum juga Siti Rokhana siuman. Tiba-tiba Jendral Mohamad datang. Dan,… Buk! Buk! Buk!... berkali-kali bogem mentah sang jendral mendarat sadis di muka Sadi.

“Hai, bajak laut!  Rupanya kau mau merampok harta perhiasan, Tuan Putri Siti Rokhana, adik sultan, ya?! Kurang ajar, kau, bajak laut picisan! Aku, Jendral Mohamad yang ditugasi sultan untuk mengawalnya. Ku bunuh, kau!”.

“Ampun, tuan, Jendral… Hamba bukan bajak laut. Hamba bukan hendak merampok. Tapi justru hamba menolong… Karena prahu yang ditumpangi tuan putri ini terbalik digulung angin kencang, Tuan Jendral…”.

Beruntung Hasan dan Sorah, nara praja kerajaan Turki yang memang ditugasi Pangeran Yusuf, putra sultan dari istri selir, untuk memata-matai Jendral Mohamad, datang.

“Mohon maaf. Permisi, Tuan Jendral Mohamad. Jangan emosi. Ada apa ini?”.

Jendral Mohamadpun terkejut bercampur marah dengan kehadiran dua narapraja ini.

“Janganturut campur, kau saudara Hasan dan saudara Sorah. Aku di sini ditugasi untuk mengawal adik sultan, Tuan putri Rokhana. Jadi aku berkewajiban atas keselamatan beliau”.

“Tapi jangan sepihak mengadili seseorang atas tuduhan suatu kesalahan. Karena hanya penguasa Turkilah yang berhak mengadili tindak durjana di Turki. Jadi, Tuan Jendral. Mari kita hadapkan saja orang ini ke hadirat Sultan Abdul Aziz, Tuan”.

Akhirnya, Siti Rokhana yang masih pingsan ditandu dibawa ke istana. Dan, Sadi diborgol dibawa oleh prajurit ke istana pula untuk diadili.

(BERSAMBUNG).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun