Sementara itu di istana, raja Turki, Sultan Abdul Aziz sedang berada di bangsal utama. Menyambut penghadapan para nara praja, lengkap. Minister Saul Mahmud, Jendral Muhamad, Kapten Lazaro, Hasan Bei, Sorah Bei. Juga hadir Pengeran Yusuf, putra laki-laki tertua sultan dari selir dan Pangeran Saladin, putra mahkota, bersama Siti Rokhana, adik sultan.
Ada dua agenda pembicaraan pada waktu itu. Pertama, soal tertawannya Kapten Dokter Salokas di Bidhir. Dan, kedua, permasalahan penyiapan tongkat estafet kekuasaan kerajaan, mengingat raja Sultan Abdul Aziz sudah sepuh dan sakit-sakitan.
Rupanya, Sultan Abdul Aziz berkenan memending membicarakan lebih lanjut mengenai Kapten Dokter Salokas dan lebih focus membicarakan soal regenerasi.
“Begini, Para putraku, saudaraku dan para nara praja. Pangeran Yusuf adalah putra laki-laki saya yang tertua dan sudah dewasa. Tetapi terlahir dari ibu selir. Sementara Pangeran Saladin ialah putra laki-laki saya yang terlahir dari ibu permaisuri tetapi masih belum aqil baliq. Saya perlu mempersiapkan pengganti saya”.
“Mohon ampun, Tuan Sultan. Sesuai dengan konstitusi kerajaan, Pangeran Saladin lah yang mengemban hak regenerasi kekuasaan itu. Berhubung Pangeran Saladin masih kecil. Maka baiknya Pangeran di sekolahkan terlebih dahulu. Dan, saya memiliki pandangan… perguruan yang tepat untuk Pangeran adalah di Secutary. Kita pasrahkan Pangeran kepada Guru Imam Al-Mansyur, Tuan Sultan…”, saran Minister Saul Mahmud setelah Sutan mempersilakannya.
“Baiklah kalau begitu, Minister Saul… Kau, Kapten Lazaro! Tolong kau kawal Pengeran Saladin, putra mahkotaku. Antar dan pasrahkan dia kepada Tuan Guru Imam Al-Mansyur untuk dididik”.
“Siap, Tuan Sultan… Hamba segera menjalankan titah…”, salam hormat Kapten Lazaro sembari bergegas melaksanakan perintah sutan.
Bersamaan dengan itu pula Sultan mengakhiri pertemuan dengan mempersilakan para penghadap kembali ke tugas masing-masing.
Namun, Sultan belum juga angkat kaki lantaran Siti Rokhana nampak masih hendak berbicara kepada sultan. Yup. Rupanya ia sedang mohon ijin untuk refreshing di pantai laut Hitam.
“Rokhana, adikku… Bukannya aku melarangmu untuk bersenang-senang… Tapi sekarang kan musim badai angin beliung?...”
“Tidak apa-apa, Kakak Sutan, saya, kan didampingi para dayang emban…”.
“Ampun, Tuan Sultan… Biarlah Tuan Putri Rokhana berlibur ke pantai laut Hitam. Hamba siap mengawalnya, Tuan Sultan…”, sambut Jendral Muhamad menjamin keselamatan Rokhana.
“Ya. Baiklah. Hati-hati ya adikku, Rokhana…”.
“Baik, terimakasih, Kakak Sultan”.
Rokhana serombongan bergegas berlibur ke pantai laut Hitam.
Pertemuan selesai.
Hasan dan Sorah di perintah oleh Pengeran Yusuf untuk menginteli Jendral Muhamad.
Kenapa?
(BERSAMBUNG).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H