Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kudeta Turki Edisi Topeng Mas: Geger Kapten Lazaro#2

15 Oktober 2016   04:04 Diperbarui: 15 Oktober 2016   04:20 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perasaan Minister Saul Mahmud kali ini banget senangnya.  Persekongkolannya dengan Jendral Muhamad, Kapten Lazaro dan Ratu Siti Zaleha menemui kata sepakat. Mimpinya untuk menjadi raja Turki, kian mendekati nyata.

Begitu selesai menghantar pamitan para sohibnya, Minister saul Mahmud semangat bergegas masuk, hendak menjalankan rencana-rencana berikutnya.

Dan, tampaknya beliau lupa. Tak lagi mempedulikan surat perjanjian persekongkolan kudetanya yang tanpa disadarinya telah raib dicuri Topeng Mas itu.

Minister Saul Mahmud pagi itu sengaja mengagendakan datang ke tempat kerja Kapten Dokter Salokas, dokter pribadi raja, yang tidak jauh dengan keministerannya di kompleks istana.

“Permisi, Kapten Dokter Salokas…”.

“Oh ya… Mari, mari, Tuan Minister Saul Mahmud… Silakan duduk, Tuan… tampaknya ada sesuatu yang penting, ada perintah apa, Tuan?..”.

“Tidak terlalu penting, Kapten Dokter Salokas… Saya hanya minta pandangan saja soal gelagat daerah semi otonom Bidhir yang makin menunjukkan tanda-tanda hendak memisahkan diri dari Kerajaan Turki…”.

“Kesatuan Kerajaan Turki adalah harga mati, Tuan Minister. Bidhir adalah bagian Turki. Meskipun saya seorang dokter tapi juga seorang prajurit yang selalu berdarah nasionalisme, Tuan. Dan, jika Tuan Raja Sultan Abdul Aziz melalui Minister berkenan… biarkan saya yang mengatasi Ratu Zaleha, Tuan…”.

“Baiklah. Kalau itu memang kehendakmu, akan aku haturkan kehadirat Sultan Abdul Aziz, agar Kapten diberi tugas memimpin pasukan untuk menghentikan pembangkangan Bidhir. Permisi, kapten…”.

Yup. Siasat pertama Minister Mahmud masuk. Karena, Minister Saul Mahmud paham bahwa Kapten Dokter Salokas akan habis. Tidak akan mampu melawan Ratu Siti Zaleha lantaran diam-diam Bidhir telah dipersenjatai Minister melebihi Turki.

Dan, kalau Sultan Abdu Aziz yang sudah tua serta sering sakit-sakitan itu jauh atau lepas dari dokter pribadinya maka logikanya tentu akan cepat mati. Sehingga kalau sultan segera mati maka tujuan Minester Mahmud dan kawan-kawan sepersekongkolannya pastinya tak terlalu repot.

Benar. Kapten Dokter Salokas dan pasukannya kalah dari pasukan Ratu Siti Zaleha.

“Ooo.. Ganteng juga ya panglima perang Turki?... Siapa namamu?”.

“Kapten Salokas”.

“Tidak akan aku apa-apakan kau, Tuan Kapten Salokas, asalkan Tuan mau saya ambi sebagai suami, bagaiman?”

“Tidak, Ratu Zaliha”.

“Kalau begitu siap-siaplah akan aku habisi kau, Tuan..”.

“Ampun… Aku masih punya tanggungan kesehatan Tuan Raja, Ratu Siti Zaleha…”.

“Ooo… jadi kamu seorang dokter pribadi raja? Nggak boleh. Kamu nggak boleh kembali ke Turki. Kamu bisa bekerja sebagai dokter di Bidhir tetapi setatusmu tetap tawanan perang. Mengerti kau, Tuan Salokas?”.

(BERSAMBUNG).    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun