Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Tak Cuma Kelud, Muria pun Siaga

15 Februari 2014   13:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_312076" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu Gerbang Majapahit di Pati (dokumen pribadi)"][/caption]

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Bukan hendak bicara gunung-gunungan, misalnya Sinabung dan Kelud yang kini baru menguji Indonesia. Tapi kuliah kisah gunung Muria ini setidaknya bisa meneguhkan hati menghadapi ujian-ujian berikutnya.

Dalam legenda di banyak versi dikisahkan bahwa si pengageng (penguasa) gunung Muria Yang Mulia Sunan Muria oleh entertainer kacangan pernah digosipkan berselingkuh berzina dengan si bahenol janda kembang asal Pati. Tidak sebatas itu, setelah tertangkap basah atas perzinaannya yang kesekian kalinya tentunya, Sunan Muria pun secara sosio-politik dicap sebagai gembong penoda agama dan tidak loyal pada umaro’ (pemerintah) atau anti kemapanan.

Gosip (dari kata ghosop (?) yang meminjam tidak bilang-bilang) itupun terus saja berceritera. Memang, tampilan gosip itu simbolik, mungkin agar makin digosok dan makin pula bertambah sip. Dan, sisa-sisanya masih terasa hingga sekarang.

LEGENDA GERBANG MAJAPAHIT

Bahwa suatu surup (sore menjelang petang) hari yang gerimis mengundang, Sunan Muria bertandang ke kenalannya si Randhasari di Pati. Kala itu wilayah Muria dan Pati terpisahkan oleh sungai yang lebar tetapi tidak terlalu dalam. Mungkin karena wilayah itu diguyur hujan seharian volume air sungai itupun naik dan cukup merepotkan penyeberangan Sunan Muria.

Namun belum sempat berpikir panjang tiba-tiba muncullah seekor kerbau betina menawarkan jasa penyeberangan. Maka degan menaiki punggung kerbau itu diseberangkanlah Sunan Muria. Sesampai di tepian kemudian Sunan Muria bergegas segera turun dari punggung kerbau. Karena, mungkin didorong oleh hawa petang itu yang dingin-dingin sejuk maka Sunan Muria pun kebelet pingin pipis (buang air kecil).

Bersamaan dengan itu, mungkin juga oleh karena habis berenang menyeberangi bentangan sungai yang relatif lebar maka kerbau betina itu haus. Dan, diminumlah air sungai yang bercampur dengan air seni Sunan Muria itu.

Setelah naik ke daratan kerbau betina itupun memberi tanda seolah-olah menawarkan jasa kembali hendak mengantar Sunan Muria ke rumah Randhasari. Pucuk dicinta ulampun tiba. Dan, Sunan Muria pun tidak menolak tawaran tersebut hingga sampailah beliau di rumah Randhasari itu.

Anehnya, setelah parkir dan menurunkan Sunan Muria, kerbau betina tersebut melengus kesakitan dan ternyata perutnya bertambah besar dan tiba-tiba saja melahirkan seorang bayi manusia (jabang bayi) bukan jabang kerbau berjenis kelamin laki-laki. Setelah agak bugar kembali kerbau betina itupun pamit sambil memberi isyarat pesan agar bayinya dirawat oleh Randhasari.

Dan, sebelum Sunan Muria juga berpamitan Randhasari pun minta perkenan Sunan Muria untuk memberi nama sang jabang bayi tersebut. Terkisahlah, oleh karena ia merupakan anak kerbau yang telah menyeberangkan beliau maka sang jabang bayi itu diberi nama Kebo Anabrang. (Anabrang = menyeberang).

Syahdan. Setelah menginjak dewasa, Kebo Anabrang bertanya kepada ibu (asuh)-nya Randhasari perihal siapa sebenarnya ayahnya? Maka dengan berat hati Randhasari pun menjawab bahwa ayah Kebo Anabrang adalah Sunan Muria. Maka segera berpamitan dan bergegaslah Kebo Anabrang hendak bertemu ayah yang dirindu-rindukannya.

Namun apa yang terjadi?

Sesampai di padepokan Sunan Muria Kebo Anabrang mendapat penolakan keras dari Sunan Muria lewat santri piket jaganya. Katanya, jika Kebo Anabrang benar-benar mengaku sebagai anak Sunan Muria harus lulus dari ujian, yakni Sunan Muria mau menerima dan mengakui Kebo Anabrang sebagai anak apabila mampu memboyong Pintu Gerbang Majapahit ke padepokan Sunan Muria yang akan digunakan sebagai pintu masjid. Mungkin karena didorong oleh niat dan keinginan yang teramat kuat maka berangkatlah Kebo Anabrang ke Majapahit dengan mission impossible itu.

Dan, benar-banar mengagumkan, Kebo Anabrang berhasil memboyong Pintu Gerbang Majapahit itu dan membawanya menuju padepokan Sunan Muria. Namun celakanya, hanya kurang sekitar 30 Km saja yakni tepatnya di Dukuh Dukuh Rendole Desa Muktiharjo Kecamatan Tlogowungu (5 KM dari alun-alun Pati) ---sekarang tempat berdirinya sebangun pintu dan kusen yang disebut orang sebagai Pintu Gerbang Majapahit--- Kebo Anabrang sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan. Leren (terhenti) karena matanya mondol-mondol (melotot) dan lidahnya mele-mele (menjulur). Dan, konon sebagai monumen peringatan atas kejadian itu maka tempat (pedukuhan) itu dinamai RENDOLE akronim dari leren amergo mondol-mondol matane lan mele-mele ilate.

MAKNA SIMBOLIK LEGENDA

Maka jelaslah bahwa simbol-simbol dalam legenda itu menghadirkan makna gosip miring yang bersifat membenturkan, yang semula dengan memanfaatkan gambar wayang yang terukir di sebangun pintu lama beserta kusennya di dukuh Rendole itu, orang Pati hanya ingin mengekspresikan kekecewaannya atas ketidakadilan Mataram-Islam (tentu menurut perspektinya sendiri). Tapi justru dalam gosokan kekuatan kolonial benturan-benturan itu makin dipetajam dan diperpanjang.

Pertama, Sunan Muria adalah simbol Islam. Islam adalah visi determinan Kerajaan Mataram-Islam. Sementara itu Majapahit merupakan lambang Hindu-Budha. Kedua, legenda itu santer beredar pada pasca penghancuran Pati oleh Mataram-Islam (1627 M) yang sejatinya sebuah konflik antara adik-kakak. Sementara Mataram-Islam merupakan kelanjutan kerajaan Demak Bintara yang notabene musuh (pembelot) visiMajapahit yang Hindu-Budha. Sehingga itu merupakan simbol perlawanan Pati atas Mataram-Islam dengan seolah-olah berteriak Mataram-Islam No dan Majapahit Yes!

Ketiga, kerbau apalagi kerbau betina yang ditunggangi Sunan Muria hamil dan melahirkan sehabis minum air sungai yang bercampur air seni Sunan Muria dalam rangka ke rumah Randhasari Pati. Kumpul kebo (kerbau) dalam peristilahan Jawa diartikan berzina. Randhasari, randha = janda dan sari = bunga.Randhasari = janda kembang. Rangkaian simbol kata dan peristiwa ini merupakan bentuk pelecehan terhadap sunan, yang berarti posisi yang terhormat dan merupakan simbol Mataram-Islam yang notabene dari perspektif Pati saat itu telah meng-zinai (berbuat tidak senonoh) terhadap Kadipaten Pati.

Yap. Itulah sebuah legenda bisa berfungsi sebagai tandingan (penyeimbang) babad atau serat yang ditulis oleh pujangga bayaran keraton sebagai bentuk perlawanan bawah tanah kaum lemah yang tentu mesti dimaknai secara benar dan kontekstual.

Sebab kelanjutan sejarah tradisional nusantara yang banyak diliputi konflik perebutan 3-A (tahta-harta-wanita) atau bandingkan dengan 3-G (gold-glory-gospel) tersebut banyak yang kemudian dimanfaatkan kekuatan kolonialisme sebagai wahana politik pecah belah (devide et impera) yang sekarang ini jika tidak segera disadari potensinya masih bisa dibangkitkan oleh pihak-pihak tertentu untuk membenturkan unsur-unsur bangsa ini yang memang bhinneka.

Tetapi harapan kita ialah bhinneka yang tunggal ika, bukan bhinneka dhata sawala (bhinneka yang pada berkelahi), apalagi ika yang dhata sawala.

Hmm. Bilakah demikian, kalau alam Kelud kini potensi kekuatan internalnya saling berbenturan maka Muria pun pernah dalam benturan yang tak kalah dahsyat, yang dari keduanya sejatinya ada pelajaran yang sama-sama berarti.

Bisakah kini kita mengambil pelajaran itu, setidaknya membuat kita selalu SIAGA pada marabahaya ?***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun