Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bila Titiek Soeharto Pimpinan DPR dan Prabowo Presidennya

21 April 2014   18:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Sebagaimana dilansir detikNews(Senin, 21/04/2014 08:02 WIB), Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto mantan istri Prabowo Subianto (Prabowo) ini selangkah lagi menjadi anggota dewan.

Bahkan, jubir Golkar Tantowi Yahya menyebut Titiek berpotensi untuk menjadi Pimpinan DPR. Kata Tantowi, "Kalau dibilang berpotensi sih memang betul, tapi di kita ada mekanisme penilaian yang nantinya menentukan apakah layak dijadikan Ketua atau Wakil Ketua DPR."

Sementara itu pada sisi lain, Prabowo capres Gerindra yang berdasar hasil hitung cepat pileg 9 April kemarin meraih posisi 3 besar juga disebut-sebut berpotensi menjadi Presiden. Pertanyaannya ialah bagaimana kalau betul kejadian, Titiek Soeharto yang menjadi Pimpinan DPR sementara Presidennya Prabowo Subianto yang notabene mantan pasutri itu? Seru, khan?

Terlepas soal tingkat kompetensi dan kapasitas masing-masing dari beliau yang sementara ini diketahui bahwa Titiek Soeharto ialah seorang pengusaha sukses yang alumnus UI dan Prabowo merupakan prajurit milter berkarir cemerlang yang alumnus AKMIL, bila ini benar kejadian, maka tercatat dalam sejarah bahwa Ketua DPR dan Presiden RI dengan demikian sama-sama berstatus jomblo.

Perspektif ini, apakah cukup punya urgensi? Sebab, meski dalam adat ketatanegaraan, mengenai suami atau istri (pendamping) jabatan Pimpinan parlemen (DPR) tidak merupakan suatu kelaziman karena barangkali sifatnya yang kolektif kolegial itu, tetapi pada poin Kepala Negara yang memang telah lazim ada istilah First Lady (Ibu Negara). Apakah secara esensi hal itu akan berpangaruh terhadap proses ketatanegaraan atau hanya soal seremonial belaka yang bisa mudah diatasi?

Perspektif ini pula apakah juga punya relevansi, ataukah hanya isapan jempol belaka lantaran beberapa nama wanita cantik juga sempat menghiasai jagat gosip Prabowo, seperti janda almarhum Sophan Sophian, Widyawati; janda musisi Ahmad Dhani, Maia Estianty dan seorang dokter yang juga pengurus di Partai Gerindra bernama Irene?

FENOMENA JODOH DAN POLITIK?

Dan, yang menjadi garis bawah dari sederet gosip soal itu ialah: Prabowo digosipkan rujuk dengan Titiek Soeharto(fiksikulo.wordpress.com/2014/04/13). Mungkinkah? Terlepas dari kepastian itu, kalau kita menengok ke belakang, kabarnya, penyebab perceraian Prabowo-Titiek ialah soal politik, yakni setelah Prabowo dianggap “kurang ajar” karena telah berani-beraninya juga menyarankan Pak Harto untuk mundur (1998) kemudian ia harus minggat (diusir) dari keluarga cendana.

Dan, mungkinkah dengan indikasi-indikasi sebagaimana dipaparkan di muka, rahasia Allah --- sebagaimana jawaban Prabowo mengenai siapa yang akan jadi Ibu Negarajika saya dipercaya, adalah rahasia Allah SWT(fiksikulo.wordpress.com/2014/04/13/)--- akan memepertemukan mereka kembali juga oleh sebab politik sebagaimana hal yang memisahkan meraka, yakni, ketika Titiek Pimpinan DPR dan Prabowo Presiden?

Pertanyaan berikutnya yang tak kalah menarik ialah, ketika seandainya benar skenario itu terjadi, bagaimana dengan perjalanan tugas-tugas profesional mereka akan berjalan? DPR dalam sistem pemerintahan presidensiil ialah mitra Presiden dalam mengemban tugas legislator dan budgeter, akan tetapi DPR juga sekaligus sebagai supervisor Presiden, bahkan berdasarkan hasil fungsi pengawasannya, DPR bisa saja mengajukan pemakzulan Presiden kepada MK.

Dan, dalam koridor skenario itu, bila yang terjadi ialah kemungkinan terburuk dari hubungan Presiden-DPR, pemakzulan, misalnya, haruskah beliau berdua juga harus berpisah lagi, juga gara-gara politik pula? Sebuah lakon (jalan hidup), gileee bingit gitu loh, kalau skenarionya harus begitu, kalee...

Dan, hhh, ini adalah hanya pe-makcomblangan (penjodohan) imajinatif saya saja, ---meskipun bukan merupakan hal yang mustahil, pastinya. Hhh.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun