Mohon tunggu...
Khodijah
Khodijah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Kelahiran

2 Oktober 2023   10:11 Diperbarui: 2 Oktober 2023   10:28 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Bahagiannya seorang ibu ketika ia telah melahirkan. Kebahagiaan yang tak dapat diutarakan

Ketika anak pertamanya, dengan kesulitan yang dialami, membuatnya tak kapok untuk kembali melahirkan lagi, dan lagi.

Sang ibu kembali hamil dan kembali melahirkan lagi. Rasa sakit membuatnya tak kapok merasakan kepayahan. Ibu pun hamil kembali anak kedua, ketiga, bahkan ada yang untuk kelahiran kesekian kalinya.

Ya, sebab putra putrinyalah sang ibu merasa bahagia. Anak merupakan anugrah terindah dari yang Maha indah. Kelahiran baginya adalah wujudnya dalam pengabdian dan pelayanan yang tujuannya tak lain hanyalah Dia SWT.

Setelah sekian lama melangkah, menjaga, merawat, dan mendidiknya raganya yang menua terasa letih, seseorang mengantarnya pada penemuan makna, bersama usianya sang ibu pun pun sebatas diam menyaksikan kebesaran-Nya..

Bulir air mata dan tawa, menatap keindahan laku setiap putra

Syukur yang tak terhingga. Karenanya sang ibu sebatas diam duduk menyaksikan taman rumahnya yang dipenuhi bunga belukar dengan aneka warna

Ketika bunga tersiram, maka tumbuhlah hati sang ibu. Terkadang ia meminta pada perawat bunga untuk tetap menjaga, agar tak ada yang mematahkan dengan begitu saja.

Biarkan! Ia bersahabat dengan setiap bunga, bukankah selama ini yang dilihat hanya itu saja.

"Duhai bungaku...." Bunga pun bergoyang.

Memang adakalanya kelopak itu patah

Sekalipun tak selalu sang perawat pelakunya. Bunga mengindah taman rumah yang terjaga, memberi kita simbol dan makna.

Keindahan rupa, membuat sang ibu selalu berantisipasi, tak ada aman selagi kehidupannya masih di sini

"Diamlah perawatku stop! aku melihatmu sudah begitu menjaga." Bungapun tumbuh dan berkembang.

Sang ibu tetap tetdiam, menyimak dan sebatas melihat rupa kembang.

Anak-anak itulah karya. Karya adalah bagian dari penciptaan-Nya. Keduanya mustahil terpisah. Begitu jugalah aku yang mustahil tanpa-Nya.

Duhai sang inspirasi kebesertaan-Mu membuatku terbangun dan hidup dalam gerakku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun