Pandangan kurang tepat lainnya seperti menganggap bahwa hidup kita hanya kita yang memilih. Sementara kenyataannya kita sebatas menjalani dengan cara tidak keluar dari ketentuan dan aturannya.Â
Ada Sang Power yang menghendaki, atas apa pun yang terjadi di kehidupan ini, selain pilihan kita sendiri. Ini terbukti bahwa sering kali kita menolak dan memiliki dilema berkepanjangan karena selama ini kita beranggapan bahwa kitalah yang memilih.Â
Kita lupa ada yang mengatur dan menghendaki kehidupan ini, seperti apa dan bagaimana. Apakah hamba mau bersaing dengan-Nya? Tentu saja tidak. Lantas, kenapa masih merasa berkemampuan dalam memilih, bahkan sering kali yang kita pilih tidak tepat dan salah kaprah.Â
Setelah kesalahan terbukti, lucunya yang dikambinghitamkan Tuhan. Hmmm, bukan seperti itu. Takdir itu tidak pernah salah dan tidak juga keliru.Â
Kekeliruan dan kesalahan datangnya dari manusia. Lantas kenapa saat keburukan terjadi bahasa yang terlontar "Mau bagaimana lagi, ini sudah takdir dari-Nya." Tentunya kita semua tahu bahwa berprasangka buruk tidak dibenarkan, terlebih lagi berprasangka buruk kepada-Nya. Pandangan seperti ini merupakan penyempitan cara berpikir.Â
Berpikir sempit membuat pesan baru atau informasi tertentu akan tertolak begitu saja. Kebenaran yang manis baginya tidak terasa.
Pandangan sempit ini merupakan salahsatu permasalahan.
Banyak permasalahan lainnya yang akan dituliskan disini.
Bersambung..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H