Mohon tunggu...
Khodijah
Khodijah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maaf Yang Menyembuhkan

13 Agustus 2023   12:09 Diperbarui: 13 Agustus 2023   12:17 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau belajar memaafkan?
Pastinya kita akan dipertemukan orang yang mengecewakan.

Ketika kita telah memaafkan seseorang, bukan berarti seketika kesalahan mudah kita lupakan begitu saja. Namun biarkan waktu menghapusnya secara perlahan.

Memaafkan merupakan cara dalam mengasihi diri kita sendiri. Yang kemungkinannya apa yang telah kita pahami selama ini, belum teruji. Dari ujianlah seseorang dapat bersikap bijak dan menjadi mandiri. Menyadari hal tersebut secuil pengetahuan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi. Bukan menjadi besar kepala dan merasa bangga.

Percayalah dengan memahami, bahwa setiap orang dengan prosesnya, membuat kita bisa menerima dan dapat memaklumi yang lainnya. Sehingga pengetahuan yang diyakini dapat mengantar diri pada Sang sejati. Sang pemaaf mampu bersikap rendah hati dan sudah tidak begitu peduli pada baik buruknya penilaian-penilaian yang diberi. Ia dapat menikmati apa pun catatan tentangnya. Maklum dan rasa kasih membuat kecewanya terobati.

Ia sadar bahwa kesempurnaan manusia, bukan berati tanpa kesalahan dan terbebas dari dosa. Percayalah semakin berkeinginan untuk sempurna, semakin membuat seseorang menderita dan  semakin jauh dari kesempurnaan itu. Menerima dan menjalani segala sesuatunya dengan lapang dada. Membuatnya sudah tidak begitu peduli pada catatan lagi.

Soal sempurna jika digambarkan pada angka 100. Maka 100 itulah capaian. Namun ketika seseorang mencapai diangka 80, 50, 70 dan angkah-angka lain di bawa 100, itulah sempurnanya masing-masing yang bersangkutan. Dan semua capaian itu bukan untuk saling memanding-bandingkan. Melainkan sebatas bentuk keselarasan yang saling menyempurna.

Jika demikian untuk apa kecewa, tangisan dan tawa?
Tangisan datang hanya untuk siapa pun yang tidak menyadari hal ini. Sementara tawa, tak lain penguat bagi yang menyadarinya.

Salam satu rasa. Semoga pemahaman dapat mengantar kita dalam meraih cinta dan ampunan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun