Mohon tunggu...
Khodijah aliya
Khodijah aliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi

Khodijah Aliya (43223010197) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana, Dengan nama dosen Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kemampuan Memimpin Diri dan Upaya Pencegahan Korupsi dan Etik: Keteladanan Mahatma Gandhi

22 Desember 2024   14:37 Diperbarui: 22 Desember 2024   14:37 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika dihadapkan pada kekuasaan yang tidak adil, masyarakat memiliki dua pilihan utama: ketundukan atau perlawanan. Ketundukan terhadap ketidakadilan menciptakan rantai penindasan yang terus berlanjut, merampas martabat manusia, dan membiarkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM) terjadi secara sistematis. Ketundukan semacam ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga melemahkan fondasi sosial dan moral masyarakat.

Di sisi lain, perlawanan melalui kekerasan sering kali melahirkan lingkaran dendam dan kebencian tanpa akhir. Kekerasan sebagai respons terhadap ketidakadilan dapat menciptakan kerugian besar, baik bagi pelaku maupun korban, serta sering kali menghancurkan peluang untuk rekonsiliasi. Sebagaimana Gandhi pernah katakan, "Mata ganti mata hanya akan membuat seluruh dunia buta." Oleh karena itu, jalan kekerasan bukanlah solusi yang berkelanjutan.

2. Dampak Ketundukan terhadap Ketidakadilan

Ketundukan terhadap kekuasaan yang tidak adil bukan hanya bentuk pasif dari penerimaan, tetapi juga bentuk pengabaian terhadap nilai-nilai kebebasan, martabat, dan kemanusiaan. Dampaknya meluas pada berbagai aspek:

Hilangnya Potensi Individu dan Kolektif: Ketika individu tunduk pada penindasan, kreativitas, keberanian, dan kebebasan mereka untuk berpikir dan bertindak terkekang. Potensi masyarakat secara keseluruhan untuk berkembang menjadi mandiri dan inovatif juga terhambat.

Dehumanisasi: Ketundukan terhadap kekuasaan yang tidak adil mengakibatkan individu diperlakukan sebagai objek, bukan subjek yang memiliki hak dan martabat. Hal ini merusak kemanusiaan baik dari pihak yang ditindas maupun pihak penindas.

Kemunduran Pembangunan SDM: Ketundukan yang berkelanjutan membuat individu dan masyarakat kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Hal ini berdampak buruk pada pembangunan sumber daya manusia yang otonom, merdeka, dan berdaya saing.

3. Solusi Ideal: Perlawanan Tanpa Kekerasan

Dalam menghadapi ketidakadilan, Mahatma Gandhi mengajukan solusi yang unik dan transformatif: perlawanan tanpa kekerasan atau satyagraha (pegang teguh pada kebenaran). Solusi ini bertujuan untuk melawan ketidakadilan tanpa menambah penderitaan atau menciptakan konflik baru.

Dan Mengapa Perlawanan Tanpa Kekerasan Lebih Ideal?

1. Menegakkan Martabat Kemanusiaan: Perlawanan tanpa kekerasan menghormati hak asasi manusia dari semua pihak, termasuk pihak yang dianggap sebagai lawan. Dengan demikian, ia memupuk penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun