Mohon tunggu...
Khodijah
Khodijah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Sebagai mahasiswa program studi bisnis digital, saya memiliki ketertarikan yang besar dalam menjelajahi tren dan inovasi terbaru di dunia digital. Saya senang menganalisis data dan strategi pemasaran untuk memahami perilaku konsumen serta menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Dengan semangat eksplorasi, saya terus berusaha untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan saya, sehingga dapat berkontribusi secara signifikan dalam pengembangan bisnis di era digital ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencari Dia

14 Desember 2022   10:46 Diperbarui: 13 Oktober 2024   07:38 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Meowww...meowwwww
    Suara Lily,  si kucing putih yang sudah cukup lama berjalan tak tau arah ke mana, ia harus merebahkan badannya untuk tidur sejenak. Rintihan hujan dan gemuruh yang saling mengadu di atas sana membuat Lily sesekali terkejut akan besar suara yang diciptakan. Sesekali dia hanya bisa pasrah dengan udara dingin yang semakin menyentuh bulu halusnya yang kini sudah basah oleh hujan. Dari kejauhan, samar-samar ia melihat seekor kucing belang dengan keadaan yang sama dengan dirinya, bingung untuk mencari tempat. Dengan setengah berlari, Lily menghampiri kucing tersebut sembari meng-meow.
"Meow, hei kucing belang ikut aku sini. Kamu mau mandi dengan air hujan ini?"
"Aku tidak tahu harus kemana ...", mengikuti langkah Lily menuju bangunan tinggi yang tidak jauh dari pandangannya.

Sesampainya disana, Lily dan kucing belang itu mengibaskan badan dan duduk berdampingan dengan menatap satu sama lain.
"Matamu unik sekali, kucing putih", menatap dengan tatapan kagum.
"Makasih," ucap Lily dengan nada dingin. Kucing belang itupun merasa hawa bangunan tinggi semakin dingin. Membuatnya langsung mencari tempat yang tidak terjangkau angin dari dinginnya hujan. Mulai memutar posisi untuk tidur dan menutup mata, melepas kelelahan di hari yang panjang ini.

Lily yang melihat hal tersebut ikut mencari tempat yang nyaman, di seberang kucing belang. Namun, sebelum Lily menutup mata sepenuhnya, ia menyadari kucing belang itu terkena semilir angin hujan dari lubang kecil di dinding bangunan tinggi. Lily melihat kayu kecil yang sekiranya dapat menutupi lubang tersebut, ia pun langsung menutupi lubangnya dan memposisikan diri di samping kucing belang yang sudah terlelap, menidurkan diri dengan kepala yang saling berhadap-hadapan dengan si kucing belang dan lekas menutup mata untuk tidur.
Menjelang pagi, kucing belang terbangun akibat silaunya sinar matahari dari lubang-lubang kecil yang sempat ditutupi kayu. Kucing belang itu sadar akan tindakan Lily, membuatnya tersenyum hangat dan kembali tidur dengan Lily yang juga masih terlelap.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun