Mohon tunggu...
Khodi DwicahyaJumafril
Khodi DwicahyaJumafril Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Living simply while having a great time.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keraton Surakarta Hadiningrat: Melestarikan Heritage of Java Melalui Museum sebagai Wisata Sejarah dan Budaya

1 Desember 2022   18:45 Diperbarui: 3 Desember 2022   10:03 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebudayaan merupakan sebuah warisan turun-temurun yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya, bukan hanya kebudayaan yang bersifat ritual atau upacara adat, namun juga kebudayaan yang berbentuk benda atau pengetahuan lainnya. Kebudayaan Jawa merupakan salah satu kebudayaan yang kaya, bukan hanya ritual atau upacara adat dan benda saja, bahkan terdapat simbol kebudayaan kuno yang masih bertahan hingga saat ini, salah satunya adalah Keraton Surakarta Hadiningrat.

Keraton Kasunanan Surakarta yang menurut kepercayaan masyarakat Jawa sebagai 'Pusering Tanah Jawi' yang berarti titik pusat dan sumber kebudayaan Jawa ini terletak di Keluarahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Pusat Kota Solo, Surakarta. Keraton ini didirikan melalui sebuah pembangunan yang dimulai sejak tahun 1743 sampai tahun 1745 dengan menggunakan bahan konstruksi kayu jati dari Alas Kethu dekat Kota Wonogiri. Luas wilayah keseluruhan keraton surakarta ini mencapai 147 hektar, yang meliputi seluruh area di dalam benteng Baluwarti, Alun-Alun Lor, Alun-Alun Kidul, Gapura Gladag, dan kompleks Masjid Agung Surakarta. Sementara luas dari Kedhaton atau inti keraton mencapai 15 hektar.

Pembangunan keraton ini dilatar belakangi oleh peristiwa konflik Geger Pecinan di Keraton Kartasura pada masa pemerintahan Paku Buwana II. Keraton ini resmi digunakan oleh Raja Solo (Susuhunan) pada tanggal 17 Februari 1745 dengan nama Keraton Surakarta Hadiningrat. Istana ini menjadi saksi bisu penyerahan kedaulatan Kerajaan Mataram oleh Pakubuwono II tahun 1749. Setelah Perjanjian Giyanti kemudian difungsikan sebagai Istana bagi Kasunanan Surakarta.

Sumber: Dokumen pribadi atas kunjungan pada bulan Oktober 2022
Sumber: Dokumen pribadi atas kunjungan pada bulan Oktober 2022

Sebagai komplek tempat tinggal Susuhunan dan rumah tangga istana, keraton ini masih berfungsi sebagaimana mestinya untuk menjalankan tradisi Kasunanan. untuk menjaga warisan budaya keraton, keraton ini memiliki objek wisata yang cukup terkenal yaitu Museum Keraton Surakarta Hadiningrat. Atas prakarsa KGPH Jatikusuma, salah satu putra Sunan Paku Buwana X yang menjabat sebagai Menteri Pariwisata, lahirlah sebuah Museum yang didirikan pada tahun 1963, museum ini menyimpan benda-benda peninggalan dari masa Paku Buwana II sampai XII.

Keraton Surakarta sendiri memiliki bangunan-bangunan penting didalamnya mulai dari Alun-alun Lor, Sanono Sumewa, Siti Hinggil Lor, Kemandhungan Lor, Bangunan Sri Manganti, Kedhaton, Kemagangan, kemudian Kemandhungan Kidul. Museum Surakarta ini letaknya tepat berada di setelah Sri Manganti.

Di dalam museum terdapat beberapa koleksi kerajaan mulai dari pusaka kuno yang digunakan oleh keluarga kerajaan, peralatan kesenian, kereta kencana zaman VOC, topi kebesaran Raja, dan sebagainya. Dari segi bangunan, museum yang merupakan bagian dari istana ini memiliki arsitektur Istana Jawa yang megah. Dilengkapi dengan balariung-balariung mewah, lapangan dan paviliun yang luas, serta tata letaknya menjadikan Keraton Surakarta Hadiningrat sebagai cagar budaya dengan estetika gaya Eropa.

Letak Koleksi Museum Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Sumber: Dokumen pribadi atas kunjungan pada bulan Oktober 2022
Sumber: Dokumen pribadi atas kunjungan pada bulan Oktober 2022

Di ruangan yang pertama, terdapat foto-foto raja yang pernah memerintah keraton, selain itu terdapat juga maklumat tertanda 1 september 1945 yang menyatakan ucapan selamat dan dukungan keraton surakarta terhadap republik indonesia. Selain itu terdapat barang-barang peninggalan raja termasuk perabot berukir yang sudah ada sejak tahun 1700an.

Diruangan berikutnya terdapat beberapa koleksi seperti Maket rumah Jawa dengan gaya limasan dan gaya kampung jawa zaman kerajaan, Selain itu terdapat Patung kayu Rajamala yang merupakan patung kepala raksasa untuk hiasan perahu pada jaman Ingkang Sinuhun Paku Buwana IV, terdapat pula perlengkapan rumah tangga keraton berupa Keramik dan porselin Kuno.

Adapun di ruangan diorama terdapat Relief pertemuan antara Ingkang Sinuhun Paku Buwana (1823-1830) dengan Pangeran Dipenegoro. Keduanya dilikiskan dengan naik kuda yang masing masing ditemani dengan para pengawalnya. Dan disampingnya terpajang lukisan jenderal KGHP Adipati Renembahan Djatikusomo seorang pangeran Solo berpangkat sebagai Jenderal, yang lebih memilih untuk mendidik para perwira.

Sumber: Dokumen pribadi atas kunjungan pada bulan Oktober 2022
Sumber: Dokumen pribadi atas kunjungan pada bulan Oktober 2022

Diruangan selanjutnya diperlihatkan koleksi alat angkut tradisional keraton dan kereta kerajaan yang dipakai pada jaman I Paku Buwana VII sampai  Paku Buwana X untuk menjemput tamu agung. Beberapa kereta yang di panjangkan antara lain Kereta Kyai Garudha Dari Jaman Sinuhun Paku Buwana II di Kartasura, persembahan VOC. Lalu Kereta Kyai Rajapeni, Kereta terbuka, dipergunakan oleh Raja berkeliling kota, dan diperkirakan dari jaman Ingkang Sinuhun Paku Buwana X. dan juga terdapat Kereta Kyai Garudhaputra.

Adapula sejumlah koleksi arca yang menarik. Beberapa di antaranya berasal dari Bali, sementara ada pula koleksi lain yang merupakan peninggalan Hindu Buddha yang mewujudkan seorang dewa seperti Arca Dewa Kuvera, Arca Dewi Tara, Arca Dewi Durga yang merupakan peninggalan zaman Mataram Kuno Hindu Budha dan ditemukan di daerah Klaten.

Selain peninggalan zaman Hindu-Buddha, terdapat koleksi peninggalan zaman Islam yaitu berupa Kitab suci Al-Qur'an yang berisi tulisan bahasa jawa kuno yang sudah berusia ratusan tahun, Keberadaan Kitab suci Al-Quran ini tidak diketahui tahun pembuatannya, Uniknya kitab suci Al-Quran ini sudah ada sejak Kerajaan Mataram Islam sebagai media penyebaran agama islam di lingkungan Keraton maupun masyarakat Jawa pada saat itu.

Ruang pameran di Museum kemudian dilengkapi berbagai peninggalan benda seni, mulai dari wayang kulit, topeng yang digunakan untuk menarikan tari topeng, hingga relief yang menggambarkan berbagai jenis tari dan seni pertunjukan tradisional. Terdapat pula ruangan yang menampilkan adegan Perkawinan Jawa.

Pendirian Museum yang ditujukan untuk menjaga kelestarian dan peninggalan budaya keraton ini dinilai sangat luar biasa. Hal ini dapat meningkatkan wawasan masyarakat terkait budaya dan sejarah Surakarta khususnya Keraton. Museum ini menjadi sebuah wisata yang sangat diminati oleh berbagai pihak terutama warga mancanegara yang ramai berkunjung ke Keraton Surakarta ini. Diharapkan Museum Keraton Surakarta Hadiningrat dapat terus menjadi sebuah wadah untuk melestarikan budaya dan mengenalkan sejarah kepada masyarakat agar masyarakat tidak lupa dengan sejarah dan kondisi bangsanya.

Sumber:

Pemerintah Kota Surakarta. (2017). Mengenal Museum Keraton Surakarta. [Online]. Diakses pada laman https://surakarta.go.id/?p=4743.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun