Mohon tunggu...
Khi Sako
Khi Sako Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

nonton

Selanjutnya

Tutup

Diary

2020

13 September 2022   21:46 Diperbarui: 13 September 2022   22:04 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haiiii readers...

Sebelum kalian baca artikel ini, perlu diketahui bahwa artikel yang ditulis merupakan hasil dari pemikiran dan sudut pandang saya sebagai penulis.

Tahun 2020 adalah tahun yang begitu berbeda. Datangnya pandemi covid 19 merubah segalanya. Manusia dituntut untuk melakukan kebiasaan baru (new normal) mulai dari selalu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Terlihat mudah teorinya, namun cukup susah untuk mempraktikkan jaga jarak. Apalagi masyarakat Indonesia yang suka gotong royong, itu cukup susah dilakukan. Karena harus jaga jarak maka banyak pekerja yang bekerja dari rumah bahkan di rumahkan (PHK), sekolahpun dari rumah (online).

Dulu ketika kecil pernah terpikir bagaimana kalau sekolah liburnya lama pasti menyenangkan. Bisa bermain sepanjang hari tanpa perlu memikirkan dihukum karena tidak mengerjakan tugas, telat, tanpa upacara sekolah, tugas sekolah, tanpa ulangan harian, penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester, begitu indah dibayangkan. Awalnya memang menyenangkan, tapi hal itu tak berlangsung lama. 

Ternyata rasa bosan dan rindu itupun hadir. Bahkan ada video di sosial media yang menayangkan anak kecil menangis karena kangen belajar disekolah bersama teman-teman dan gurunya. Jujur saya terharu ketika melihat tayangan video tersebut. 

Banyak sekali kebahagian yang direnggut karena pandemi ini. Covid 19 adalah makhluk kecil yang diciptakan Tuhan tapi mampu membuat seluruh dunia kewalahan mengatasi pandemi ini. Covid 19 merenggut jutaan nyawa manusia, banyak keluarga yang kehilangan orang-orang terkasih. Covid 19 tak mampu dilihat secara langsung oleh mata, tapi pengaruh yang diberikan begitu terasa.

For your information, penulis ini sebenarnya lulusan angkatan 2019.

Ada salah satu adik kelas yang menghubungi saya via chat whatsapp seminggu sebelum hari Ujian Nasional untuk SMK. Dia minta didoakan supaya ujiannya lanca dan nilainnya bagus. Sebagai kaka kelas yang baik tentu mendoakan yaa, dan juga kasih saran supaya rajin belajar dan perbaiki ibadah.

Tiga hari sebelum ujian, saya kirim pesan berisi tentang jaga kesehatan jangan sampai sakit karena sebentar lagi akan melaksanakan UN. Ternyata dia sedang merasa bingung karena sempat mendengar rumor bahwa UN akan dibatalkan. Informasi tersebut tak menghentikan dia untuk belajar persiapan UN. 

Tibalah di hari pelaksanaan UN, dia mendapat kabar dari wali kelasnya bahwa UN resmi dibatalkan. Kecewa itu pasti dia rasakan, tapi untuk beberapa anak yang tak begitu mempersiapkan banyak hal untuk menghadapi UN pasti rasanya biasa saja atau bahkan mereka merasa sangat senang. Beberapa orang menganggap bahwa nilai UN itu bisa menggambarkan kemurnian nilai kita. Tak ada UN maka tak terlihat mana yang bebar-benar pintar.

Tiada Ujian Nasional dan tak ada pesta kelulusan sekolah. Yups, hanya datang menemui wali kelas kemudian mendapatkan surat lulus sekolah. Pasti banyak diantara mereka yang sudah memikirkan tentang pesta kelulusan sekolah yang begitu meriah. Mungkin ada yang sudah berencana berlibur bersama teman kelas. Rencana itu kandas begitu saja. Batal liburan tak masalah yang penting tetap mendapatkan surat kelulusan dan ijasah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun