Mohon tunggu...
Humaniora

Kedhono Kedhini

8 Februari 2016   20:07 Diperbarui: 8 Februari 2016   20:46 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Kakanda! kau sudah kembali, aku sangat merindukanmu kakang!” teriak Kedhini sambil berlari. Sebenarnya tak tega hati Kedhono membunuhnya, tetapi siapapun yang berkhianat patut dibunuh, itu yang ayahnya pesankan kepadanya. Emosinya semakin memuncak melihat kebenaran bahwa perut Kedhini memang sangat besar.

“Ahh!” keris beracun Kedhono menikam tepat di perut Kedhini. Seketika Kedhini menghembuskan napas terakhir tanpa sepatah katapun terucap dari mulutnya sebelum  ia menutup mata. Kedhini tergeletak penuh darah di perutnya. Kedhono memeriksa denyut jantung Kedhini, sudah berhenti, napasnya juga sudah terhenti.

“Bagus, pengkhianat kerajaan sudah mati. Kau memang pantas mati Kedhini! darahmu sudah tidak sesuci dulu. Sudah ternodai oleh kelaukanmu sendiri!” Kedhono teriak lantang di hadapan jasad adindanya.

Beberapa saat kemudian, para belalang hasil tangkapan Kedhini keluar dari celah bawah bajunya.  Perlahan perut Kedhini mengecil. Kedhono terkejut lalu segeralah ia membuka baju Kedhini, ternyata dirinya hanya mendapati rerumputan di dalam bajunya. Dicabutnya keris beracun tersebut dari perut Kedhini. Kini ia sadar, ia benar-benar sadar bahwa adiknya ternyata masih suci, masih setia untuk menjaga janjinya agar senantiasa menjaga diri selama Kedhono merantau. Kedhono pun membuang rumput tersebut, demi menebus kesalahan dan dosanya, ia akan ikut mati bersama adindanya.

“Maafkan aku dinda, aku telah melukai perasaanmu. Aku telah membunuh saudariku sesuci dirimu. Aku telah melanggar janjiku pada ayahanda dan ibunda, kakanda akan menyusulmu!” dan akhirnya Kedhono menyudahi hidupnya dengan menancapkan keris tepat di perutnya juga. Dipeluknya Kedhini dengan penuh penyesalan karena telah terburu-buru salah paham dan tidak memastikan terlebih dahulu bagaimana kondisi Kedhini saat itu. Keduanya kini telah tiada di dalam damainya pelukan persaudaraan meskipun kematian mereka disebabkan kesalah pahaman Kedhono terhadap Kedhini.

Rakyat kerajaan mendapati kedua penguasa mereka telah terbaring tidak bernyawa. Beramai-ramailah mereka menguburkan jasad Kedhono dan Kedhini disana. Makam mereka hingga kini dikeramatkan karena keduanya dianggap telah menemukan hutan yang sama sekali belum  pernah disinggahi oleh orang lain. Sekarang, tempat tersebut dinamakan hutan Tegal Geneng yang terletak di desa Sale kabupaten Rembang. Hingga saat ini, makam mereka masih selalu dikunjungi oleh para pembesar kabupaten. Demikianlah kisah Kedhono Kedhini yang dianggap sangat bersejarah bagi berdirinya desa Sale.

 

1.      Nilai Moral           :           Secara umum pendidikan moral yang dapat diambil dari kisah ini yakni pegang teguh apa yang diamanatkan, kepercayaan yang telah dititipkan kepada kita, senantiasa menjadi pribadi yang kuat dan setia agar tidak mudah goyah dengan tantangan dan tipuan pandangan mata. Tidak gegabah atas sesuatu adalah salah satu hal terpenting disini.;

 

2.      Nilai Agama         :           Memegang teguh ajaran keagamaan akan membuat segala masalah dapat teratasi secara keseluruhan, sesulit apapun masalah tersebut. Bersyukur dan selalu menerima takdir hidup lebih ditekankan disini, sebab diberi kehidupan adalah hal yang sangat besar dan patut kita syukuri terhadap Tuhan YME, melihat orang lain termasuk sanak keluarga bahagia merupakan bagian dari kehidupan kita semua. Menepati janji kepada siapapun juga merupakan amalan keagamaan sebab pertanggung jawaban adalah kepada Tuhan. Di mana bukan hal kecil lagi ketika ada sebuah perjanjian menanti dan kembali seperti dalam kisah, memang sudah sepatutnya karena begitulah peraturan dalam sebuah janji berjanji;

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun