Mohon tunggu...
Khilyatul aimmahrizqi
Khilyatul aimmahrizqi Mohon Tunggu... Lainnya - Gresik- Jatim

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Moderasi sebagai Titik Tengah dalam Distrupsi Teknologi Saat Ini

26 Desember 2020   02:08 Diperbarui: 26 Desember 2020   02:22 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi merupakan keterkaitan ataupun ketergantungan antarmanusia diseluruh dunia karena mudahnya interaksi tanpa dipengaruhi oleh jarak dan waktu. Di era globalisasi ini semuanya terasa seperti tanpa adanya batasan karena mudahnya penyebaran produk, teknologi, informasi, dan pekerjaan. Globalisasi menyebabkan semua peristiwa yang ada diseluruh penjuru dunia menjadi mudah untuk diketahui karena sekarang ini dunia seakan-akan terasa sangat sempit.

Saat ini kita menghadapi distrupsi teknologi yang merupakan bagian dari dampak adanya globalisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Distrupsi merupakan perubahan besar yang dapat mengubah tatanan yang dulunya dilakukan dengan manual menjadi otomatis atau yang dulu dilakukan di dunia nyata berlaih ke dunia maya. Era disrupsi mengakibatkan terjadinya perubahan radikal dalam semua bidang kehidupan, tak terkecuali bidang kehidupan keagamaan. Isu tentang dampak era disrupsi terhadap kehidupan beragama di Indonesia ini pernah menjadi salah satu kegelisahan dan perhatian utama para agamawan, kehidupan keagamaan saat ini menghadapi perubahan yang sangat ekstrem berbeda dengan masa-masa sebelumnya karena dunia sekarang tengah memasuki era disrupsi, sehingga dalam kehidupan keagamaan pun kita bisa menyebut adanya disrupsi beragama.

Budaya instan dan praktis yang tercipta dari revolusi digital ini membuat masyarakat cenderung lebih menyukai berita melalui sosial media dibanding media masa. Terutama dalam mencari informasi tentang keagamaan, mereka lebih suka menyaksikan pengajian lewat youtube dari pada datang langsung ke tempat pengajian. Bahkan sekarang ini kyai terasa sudah tidak dibutuhkan lagi karena semuanya sudah bisa didapatkan dari internet. Dan orang-orang lebih sering mencari secara mandiri suatu informasi dan berkonsultasi kepada berbagai sumber yang ada di internet karena sekarang orang itu mencari pembenaran bukan kebenaran, sekarang ini banyak sekali konten-konten yang menarik tentang keagamaan dan mudah diakses tetapi soal kebenarannya masih campur aduk,

Padhahal yang kita dapatkan dari internet itu belum tentu benar karena semua orang bisa menulis informasi di media online meskipun orang yang tidak ahli dalam bidangnya. Isu tentang dampak era disrupsi terhadap kehidupan beragama di Indonesia ini pernah menjadi salah satu kegelisahan dan perhatian utama para agamawan,

Sebagian orang menganggap distrupsi ini sebagai ancaman karena pengaruhnya yang sangat luar biasa, dapat mengubah semua. Tapi selain merugikan era distrupsi teknologi ini juga mempunyai dampak positif. Contohnya saja sekarang kita mudah dalam mendapatkan barang-barang dari luar negeri yang dulunya sulit sekali untuk didapatkan. Tapi karena mudahnya dalam mendapatkan barang-barang tersebut mengakibatkan produk yang dari dalam negeri jadi kurang diminati dan berdampak merosot terhadap pedagang dalam negeri.

Dalam bidang budaya, sekarang ini para remaja lebih meminati budaya dari Korea Selatan, dan mengesampingkan budaya dalam negeri, sekarang ini yang melestarikan budaya Indonesia adalah orang-orang yang sudah sepuh yaitu mbah-mbah kita dan apabila kita tidak mau meneruskanya maka budaya Indonesia yang beraneka ragan ini akan menurun bahkan bisa hilang.

Konten-konten keagamaan yang radikal dan ekstrem menjadi mudah mereka konsumsi tanpa ada konsultasi dengan otoritas-otoritas keagamaan tradisional yang ada. Akibatnya, pemikiran keagamaan sebagian kelompok millenial cenderung radikal dan ekstrem. Pada posisi ini, moderasi beragama tak lagi sekadar wajib tapi sudah menjadi kebutuhan untuk diterapkan demi kehidupan beragama yang lebih baik. Dan dengan adanya moderasi hal tersebut dapat diatasi. Moderasi sendiri adalah sikap selalu bertindak adil, seimbang, dan tidak ekstrem dalam praktik beragama. Dengan demikian, maka akan terwujud keharmonisan dan kerukunan dalam kehidupan beragama antarumat. Moderasi beragama juga dimunculkan mengingat Indonesia merupakan negara yang begitu beragam dari sisi agama dan keyakinan. Dalam mewujudkan moderasi sendiri terdapat 3 cara, yaitu mempunyai pengetahuan, harus mampu mengendalikan emosi dan tidak melewati batas dan harus selalu berhati-hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun