Mohon tunggu...
Khildah NurArafah
Khildah NurArafah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penurunan Permukaan Tanah di Ibu Kota Semakin Mengkhawatirkan

22 Desember 2022   20:58 Diperbarui: 22 Desember 2022   21:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Pixabay

Penurunan permukaan tanah di Jakarta semakin mengkhawatirkan, bahkan jakarta juga diprediksi akan tenggelam. Fenomena penurunan permukaan tanah ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi sehingga konsumsi air tanah juga semakin tinggi, penurunan permukaan tanah Jakarta juga dapat disebabkan oleh faktor alami ataupun faktor gabungan antara faktor alami dan aktivitas manusia yang dapat menjadi penyebab utama dari permasalahan penurunan permukaan tanah yang terjadi. 

Berdasarkan data yang telah diambil dari Tim INDI 4.0 BPPT, hasil analisis data InSAR yang direkam sejak 20 Maret - 22 Oktober 2019 memperlihatkan bahwa laju maksimum penurunan tanah mencapai 6 cm per tahun. Wilayah Jakarta terutama Jakarta utara merupakan wilayah yang paling terdampak dari penurunan permukaan tanah. Hal ini dikarenakan wialyah Jakarta utara berada di wilayah pesisir. Dampaknya sudah mulai terlihat dari permukaan laut di pantai mutiara dan kawasan Muara baru. 

Kondisi permukaan air laut lebih tinggi daripada daratan sehingga membuat masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar pantai melakukan pengurukan tanah agar sejajar dengan permukaan jalanan. Usaha pengurukan tanah menjadi sia-sia di karenakan meskipun telah dilakukan upaya untuk mencegah meluapnya air laut dengan membangun tanggul. Namun air laut tetap rembes dan membasahi jalanan, bukan hanya jalanan tetapi lantai rumah warga juga menjadi becek dikarenakan air rembesan tersebut.

Pemanasan global menjadi salah satu sebab yang membuat naiknya air laut. Mencairnya es di kutub akibat suhu bumi yang semakin tinggi semakin mengikis daratan.  Penyebab Pemanasan Global Pemanasan global disebabkan oleh emisi gas karbondioksida dari efek rumah kaca (ERK) dari aktivitas manusia.  Berdasarkan data analisis baru Santer dan tim dalam jurnal Nature Climate Change mengamati tiga set data satelit terbesar yang digunakan oleh para ilmuwan iklim, menunjukkan bahwa manusia lah yang menyebabkan perubahan iklim pada 2005, dan menjadi penyebab ketiga yang terjadi pada 2016. Hal ini membuktikan bahwa pemanasan global ini bukan hanya akibat dari alam, tetapi juga manusia.

Selain menyebabkan pemanasan global, manusia juga kurang membuat tempat resapan air dan ruang terbuka hijau. Menurut pasal 1 UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 

Selanjutnya dalam pasal 29 disebutkan bahwa ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat, dimana proporsi ruang terbuka hijau kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, sedangkan proporsi ruang terbuka hijau publik paling sedikit 20% dari luas wilayah kota. Serta dalam pasal 30 disebutkan bahwa distribusi ruang terbuka disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hirarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.

Kurangnya tempat resapan air dan ruang terbuka hijau ini disebabkan terlalu padatnya pemukiman, tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota semakin berat, penggunaan air tanah yang berlebihan, dan pembangunan gedung yang masif yang menyebabkan tidak adanya tempat yang digunakan sebagai tempat resapan air. Berdasarkan data Menurut WRI Indonesia, keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta masih belum memadai.

 Saat ini baru sekitar 14,9 persen dari ruang terbuka di Jakarta merupakan Ruang Terbuka Hijau dan ini masih belum cukup untuk mengimbangi luasan total Jakarta. Jakarta membutuhkan setidaknya 30% dari area perkotaan untuk mampu menyerap udara yang berpolusi dan memegang fungsi penyerapan air, juga sebagai penyedia tempat rekreasi bagi warga. 

Langkah kecil yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat adalah dengan mengurangi eksploitasi air tanah dan menggunakan air permukaan sebagai sumber utama air bersih. Mengurangi melakukan pembakaran bahan bakar fosil, yang dapat melepaskan polusi karbon dalam jumlah besar dan menjebak lebih banyak panas di atmosfer. Serta mengembangkan alternatif suplai air baik untuk industri maupun rumah tangga. Daripada menunggu orang baik untuk menyelamatkan kota dan bumi kita, mengapa kita tidak menjadi salah satunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun