Mohon tunggu...
Zulkarnain ElMadury
Zulkarnain ElMadury Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Lahir di Sumenep Madura

Hidup itu sangat berharga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Krisis Pemikiran Berkemajuan di Kalangan Muhammadiyah

19 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 19 Januari 2025   16:30 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh: Zulkarnain Elmadury

Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam yang membawa cita-cita berkemajuan, kini menghadapi tantangan serius dalam mengakar pada warganya. Simbol "berkemajuan" yang melekat pada Muhammadiyah sering kali hanya tampak di permukaan, tanpa tercermin secara nyata dalam pola pikir sebagian besar warga Muhammadiyah. Fenomena keterbelakangan berpikir ini menjadi persoalan mencemaskan yang semakin mencengkeram di berbagai tingkatan organisasi, dari ranting hingga pusat.

Dari sudut pandang nalar, sikap phobia terhadap pemikiran yang berbeda terasa menjadi warna negatif yang kian membayangi perkembangan Muhammadiyah. Alih-alih mendorong warga untuk berpikir maju, banyak di antara mereka terjebak dalam sikap taklid buta yang merugikan. Bukannya mencerminkan prinsip "berkemajuan," kenyataannya justru menunjukkan keterpurukan dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Muhammadiyah.

Akar Masalah

Akar dari permasalahan ini adalah lemahnya ruang lingkup pemikiran yang seharusnya menjadi motor penggerak kemajuan. Dengan bertambahnya jumlah murid, siswa, dan mahasiswa di berbagai amal usaha Muhammadiyah, tampaknya pemahaman agama justru semakin tergerus. Pendidikan di perguruan tinggi Muhammadiyah, misalnya, sering kali hanya menyajikan materi umum tanpa adanya upaya mendalam untuk menanamkan pemikiran yang sesuai dengan nilai-nilai Muhammadiyah.

Lebih menyedihkan lagi, pembelaan terhadap individu-individu tertentu yang dianggap cerdas dan berkontribusi besar sering kali dilakukan secara membabi buta, bahkan ketika individu tersebut terbukti menyimpang dari ajaran Muhammadiyah. Sikap ini menciptakan kesan bahwa Muhammadiyah lebih mengutamakan kontribusi daripada prinsip. Padahal, Muhammadiyah adalah milik bersama, bukan milik perorangan atau kelompok tertentu.

Urgensi Perubahan

Jika Muhammadiyah ingin tetap relevan dengan semangat berkemajuan, maka diperlukan perubahan mendasar dalam pola pikir dan cara kerja organisasi. Perubahan ini harus dimulai dari tingkat ranting hingga pusat. Muhammadiyah perlu membangun ruang diskusi yang lebih inklusif dan mendorong warganya untuk berpikir kritis tanpa rasa takut.

Selain itu, pendidikan Muhammadiyah harus diarahkan untuk tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan umum, tetapi juga mampu mencetak generasi yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam berkemajuan. Langkah ini membutuhkan evaluasi mendalam terhadap kurikulum dan pendekatan pendidikan yang ada saat ini.

Menjaga Integritas Muhammadiyah

Muhammadiyah bukanlah tempat untuk memenuhi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, sikap suka atau tidak suka terhadap individu tidak boleh menjadi ukuran bermuhammadiyah. Keberadaan Muhammadiyah harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, kebenaran, dan akhlak yang mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun