Mohon tunggu...
Zulkarnain ElMadury
Zulkarnain ElMadury Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Lahir di Sumenep Madura

Hidup itu sangat berharga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Konstelasi Dunia: Titik Api dan Harapan di Timur Tengah"

18 November 2024   07:32 Diperbarui: 18 November 2024   08:43 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu, di gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, para pemimpin dunia berkumpul dalam sebuah konferensi darurat untuk membahas eskalasi konflik di Timur Tengah. Konflik yang berakar dari perebutan tanah, agama, dan kepentingan geopolitik kini melibatkan kekuatan global seperti Amerika Serikat, Rusia, Cina, dan sekutu mereka.

Babak I: Tiga Poros Kekuatan

Jonathan Miller, delegasi Amerika Serikat, berdiri dengan percaya diri. Suaranya bergema di aula besar:
"Amerika tetap berdiri teguh mendukung Israel. Perdamaian di kawasan hanya bisa dicapai jika Iran menghentikan ambisi nuklirnya dan kelompok teroris di Palestina disingkirkan."

Ivan Smirnov, delegasi Rusia, membalas dengan tenang:
"Hegemoni seperti itulah yang memicu kekacauan ini. Dukungan Anda kepada Israel dan sekutu Anda hanya memperpanjang penderitaan rakyat Palestina."

Li Wei, dari Cina, berbicara dengan gaya diplomatik:
"Terlalu banyak tangan bermain di Timur Tengah. Cina tidak memilih pihak, tetapi menyerukan solusi berdasarkan keadilan global, bukan kepentingan sepihak."

Di sudut lain, delegasi Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, menyatakan:
"Kami mendukung perdamaian, tetapi stabilitas kawasan harus dimulai dengan memulihkan hubungan diplomatik yang sehat antara negara-negara Teluk dan dunia Muslim."

Dari Mesir, Menteri Luar Negeri Omar Al-Sisi menambahkan:
"Mesir akan tetap menjadi penjaga perdamaian. Tapi dunia harus memahami, tanpa keadilan bagi Palestina, tidak akan ada stabilitas."

Sementara itu, Yaman yang dilanda perang sipil mengirim delegasi kecil, seorang ulama muda bernama Sheikh Ahmed, yang berbisik pada delegasi Iran di sela konferensi:
"Bukankah waktunya kita mengakhiri konflik internal ini sebelum berbicara tentang perang besar?"

Babak II: Di Tanah Konflik

Di Gaza, seorang pemuda bernama Yusuf berdiri di antara reruntuhan rumahnya. Ia baru saja kehilangan saudara perempuannya dalam serangan udara Israel. Di sisi lain, di Tel Aviv, seorang tentara muda Israel bernama David memandangi foto keluarganya sambil bertanya-tanya apakah semua ini sepadan dengan darah yang tertumpah.

Di Teheran, Iran, seorang komandan militer mempersiapkan serangan balasan terhadap Israel. Tetapi ulama tertinggi memperingatkan:
"Jika perang ini hanya membawa kehancuran lebih banyak, lalu apa artinya perjuangan kita?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun