Mohon tunggu...
Zulkarnain ElMadury
Zulkarnain ElMadury Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Lahir di Sumenep Madura

Hidup itu sangat berharga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ragam Wajah Tuhan dalam Pemikiran Islam, dari Ruang Hampa hingga Sosok Manusia

12 November 2024   07:49 Diperbarui: 12 November 2024   08:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penulis: *Zulkarnain Elmadury*

=========
Dalam studi sejarah pemikiran Islam, pandangan tentang sifat-sifat ketuhanan telah menjadi perdebatan panjang di kalangan para ulama dan teolog. Beberapa pandangan yang muncul berangkat dari perenungan mendalam atas sifat-sifat dan esensi Tuhan yang Maha Agung. Salah satu sumber yang mencatat perbedaan ini adalah kitab Maqalat al-Islamiyyin yang menyoroti berbagai konsep ketuhanan dari berbagai golongan. Berikut adalah beberapa pandangan yang disampaikan dalam kitab tersebut.

1. Pandangan tentang Ruang Tanpa Batas bagi Tuhan

Sebagian kelompok berpendapat bahwa Allah tidak memiliki batas atau akhir dalam segala arah. Mereka berkeyakinan bahwa Allah meluas ke semua arah, yaitu kanan, kiri, depan, belakang, atas, dan bawah.

: .

"Sebagian mereka berkata bahwa Zat Pencipta tidak memiliki batas atau akhir, dan Dia meluas dalam enam arah: kanan, kiri, depan, belakang, atas, dan bawah."

Pendapat ini mengacu pada ketidakterbatasan Allah yang tidak dapat disifati dengan ruang dan arah seperti makhluk. Mereka menegaskan bahwa Tuhan tidak dapat dikategorikan sebagai benda, panjang, lebar, atau dalam, dan tidak memiliki bentuk, batas, atau struktur fisik.

: .

"Mereka berkata: Apa yang demikian itu tidak dapat dinamai sebagai benda, tidak pula panjang, lebar, atau dalam; Dia tidak memiliki batas, bentuk, atau poros."

2. *Konsep tentang Tuhan sebagai Ruang Kosong*

Sebagian lainnya beranggapan bahwa sesembahan mereka adalah ruang yang berfungsi sebagai wadah bagi segala sesuatu tanpa batas dan akhir. Mereka berpendapat bahwa semua benda atau makhluk menempati ruang ini, meskipun ruang itu sendiri bukanlah benda.

: .

"Sebagian orang mengatakan bahwa sesembahan mereka adalah ruang, yaitu sesuatu yang ditempati oleh segala sesuatu, tidak memiliki batas atau akhir. Dan sebagian lain mengatakan bahwa ia adalah ruang, namun bukan benda, sementara segala sesuatu ada di dalamnya."

Konsep ini mencoba menjelaskan ketuhanan sebagai sesuatu yang abstrak dan tidak berbentuk, tetapi menjadi tempat bagi semua yang eksis.

3. Pandangan tentang Tuhan sebagai Makhluk berjasad

Pandangan yang lain adalah dari Daud al-Jawaribi dan Maqatil bin Sulaiman. Mereka meyakini bahwa Allah adalah benda yang memiliki bentuk seperti manusia dengan unsur-unsur fisik seperti daging, darah, rambut, tulang, dan anggota tubuh seperti tangan, kaki, lidah, kepala, dan mata. Meskipun demikian, mereka menegaskan bahwa Tuhan tidak menyerupai apa pun selain-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya.

.

"Daud al-Jawaribi dan Maqatil bin Sulaiman mengatakan bahwa Allah adalah benda, Dia berbentuk seperti manusia, terdiri dari daging, darah, rambut, tulang, memiliki anggota tubuh seperti tangan, kaki, lidah, kepala, dan dua mata. Meskipun demikian, Dia tidak menyerupai apapun selain-Nya, dan tidak ada yang menyerupai-Nya."

Diriwayatkan bahwa al-Jawaribi memiliki pandangan khusus mengenai sifat Allah. Ia menyebutkan bahwa Allah memiliki rongga pada bagian tertentu, yaitu dari mulut hingga dada, sedangkan bagian lain padat. Banyak kelompok lainnya yang juga berpendapat bahwa Tuhan bersifat padat dan menafsirkan kata Ash-Shamad dalam Al-Quran sebagai makna dari sesuatu yang padat dan tidak berongga.

: : : .

"Diriwayatkan bahwa al-Jawaribi berkata: Allah memiliki rongga dari mulut hingga dadanya, sementara bagian lainnya padat. Banyak orang mengatakan bahwa Dia padat, dan menafsirkan firman Allah, Ash-Shamad sebagai sesuatu yang padat, yang tidak berongga

 *Kesimpulan*

Berbagai pandangan di atas mencerminkan keberagaman pemahaman tentang ketuhanan yang berkembang pada masa-masa awal Islam. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk memahami sifat Tuhan yang sangat transenden dan tidak dapat dijangkau sepenuhnya oleh akal manusia. Meskipun demikian, Islam tetap mengajarkan bahwa Allah adalah Zat yang tidak terikat oleh batasan fisik dan tidak menyerupai makhluk ciptaan-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun