Mohon tunggu...
Khiladatal Aulia
Khiladatal Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember 2018

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Kampus Mengajar 1, Solusi Pemerataan Pendidikan di Tengah Pandemi

27 Agustus 2021   14:10 Diperbarui: 27 Agustus 2021   14:22 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sememangat para guru honorer yang ikhlas berjuang untuk membantu pendidikan anak sekolah dasar meskipun dibayar seadanya, menjadi sebuah pelecut semangat bagi kami untuk terus membantu mengembangkan sekolah tersebut selama masa tugas kami. Hal menarik lain yang saya dapatkan saat mengajar di sekolah tersebut, ada seorang siswa difabel yang mempunyai kekurangan fisik tidak bisa berjalan dan berlari seperti teman-teman lainnya memiliki semangat yang tinggi untuk pergi ke sekolah. 

Setiap hari dia pergi ke sekolah diantar dengan menggunakan becak, dan sesampainya dengan tongkat jalan miliknya dia bisa berjalan dengan sendiri masuk ke dalam kelas. Menariknya, saat kegiatan sekolah dilaksanakan dilantai kedua dia memilih untuk merangkak menaiki tangga menuju ruangan tanpa di gendong oleh teman-temannya. Siswa bernama adit pun demikian, dia pergi ke sekolah dengan seragam, buku, dan tas sekolah seadanya, bahkan dia hanya memakai alas sandal jepit. Namun, semangatnya untuk belajar sangat tinggi meskipun anak tersebut tergolong pemalu. 

Sementara itu disisi lain, saat ini banyak anak muda saat ini yang mempermasalahkan privilege dalam hidupnya. Mereka banyak berlomba untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan lupa untuk membantu sesama. Padahal, banyak dari kita yang memiliki privilege yang lebih kecil namun tetap memiliki semangat tinggi untuk melanjutkan hidup. Keadaan siswa dan guru SD NU Situbondo mestinya harusnya menjadi sebuah pengingat bagi banyak anak muda yang mepermasalahkan privilege. 

Harusnya hal tersebut juga menjadi sebuah penyadar bagi kita, bahwa privilege merupakan tugas kita bersama, kita yang mempunyai privilege yang lebih banyak sudah sewajibnya membantu yang tidak memiliki privilege sama sekali. karena mempunyai privilege yang banyak bukan merupakan sebuah kewajiban bagi manusia. Namun menolong sesama manusia, sudah menjadi kewajiban bagi manusia itu sendiri.

Ironi pendidikan di negeri ini memang menjadi sebuah kritik tersendiri untuk pemerintah maupun pihak terkait. Namun dengan adanya program Kampus Mengajar yang diinisasi oleh KEMENDIKBUD menjadikan harapan baru bagi pengembangan dan pemeretaan kualitas pendidikan Indonesia. Nelson Mandaela dalam pidatonya pernah berkata, “Pendidikan merupakan senjata terkuat yang bisa digunakan untuk mengubah dunia.” 

Maka dari itu, harusnnya kita bisa mencontoh bagaimana negara-negara maju seperti jepang yang hancur pada serangan Hirosima-Nagasaki, Korea yang terseok-seok setelah konflik perang saudara, hingga negara lain yang hancur karena perang bisa bangkit melalui pembangunan sumberdaya manusia dengan pendidikan yang berkualitas dan merata. Sudah saatnya, kita mahasiswa sebagai individu yang memiliki privilege pendidikan tinggi ikut andil dan membantu negara dalam pemerataan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun