Mohon tunggu...
Khiladatal Aulia
Khiladatal Aulia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember 2018

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Kampus Mengajar 1, Solusi Pemerataan Pendidikan di Tengah Pandemi

27 Agustus 2021   14:10 Diperbarui: 27 Agustus 2021   14:22 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 yang melanda di berbagai negara termasuk Indonesia telah mengubah cara beraktivitas sehari-hari. Berbagai langkah ditempuh oleh Pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19. Pada sektor pendidikan, untuk melindungi generasi bangsa dari penularan Covid-19, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan penyelenggaraan pembelajaran dilakukan secara Daring atau pembelajaran jarak jauh. 

Pembelajaran Daring atau pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan saat ini belum sepenuhnya efektif dalam penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Hal tersebut dapat terlihat dari kurangnya siswa mendapat kesempatan mengasah kemampuan interpersonal dan kepemimpinan. Untuk tingkat sekolah, pembelajaran jarak jauh yang sangat terkendala dengan permasalahan logistik yang sangat mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran. 

Atas kondisi tersebut, maka melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyusun Program Kampus mengajar. Kampus mengajar (KM) merupakan salah satu bentuk pelaksanaan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MKBM) berupa asistensi mengajar untuk memberdayakan mahasiswa dalam membantu proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) berbagai desa/kota di Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kompetensi baik soft skills maupun hard skills agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. 

Kampus mengajar merupakan salah satu program yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa di seluruh Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam pemerataan dan pengembangan sumbderdaya manusia bagi dunia pendidikan diseluru pelosok negeri. Sekolah yang menjadi sasaran untuk program ini adalah sekolah dengan akreditasi C. 

Kegiatan ini dilaksanakan oleh 5 mahasiswa dari berbagai universitas yang diseleksi langsung oleh panitia kampus mengajar yaitu Khiladatal aulia dari Universitas Jember, Gilang Drajat dari Universitas Brawijaya, Viantika Millenia dari  Universitas Muhammadiyah Jember, Marissa Tsania dan Ahmad Faqihil dari Universitas Islam Malang. Mendapatkan tugas untuk membantu SD NU Situbondo. SD NU merupakan salah satu SD yang tergolong baru, karena baru didirikan sejak 6 tahun silam. 

Lokasi SD tersebut berada ditengah-tengah kota, namun fasilitas penunjang seperti perpustakaan, UKS, serta kantor guru tidak menunjukkan bahwa sekolah tersebut memiliki kondisi yang baik. Padahal, letak sekolah tersebut tidak jauh dari alun-alun Kabupaten Situbondo. SD NU Situbondo memiliki jumlah siswa kurang lebih 40 orang dari semua kelas. Kondisi guru sekolah tersebut yang hanya berjumlah 8 orang membuat mereka terkadang kesulitan untuk membagi waktu untuk mengajar. Ditambah lagi, tenaga pendidik pada sekolah tersebut yang masih honorer menambah ironi dan bukti bahwa pendidikan negara kita masih belum mengalami pemerataan yang baik meskipun ditengah kota. 

Meskipun keadaan sekolah SD NU Situbondo tidak didukung dengan fisilitas yang memadai dalam mendukung kegiatan belajar mengajar, para guru mempunyai semangat yang tinggi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Saat mendapatkan tugas dalam membantu mengajar dihari pertama, saya cukup kaget dengan keadaan beberapa siswa SD NU yang pergi kesekolah tanpa menggunakan seragam, alas kaki sendal, bahkan tas sekolah yang telah usang. Kondisi tersebut tentunya sangat berkebalikan dengan siswa-siswa yang bersekolah dengan biaya yang mahal dan fasilitas yang menunjang. 

Siswa yang bersekolah di SD NU Situbondo kebanyakan berasal dari kalangan kurang mampu. Kebanyakan orang tua siswa merupakan pekerja buruh harian lepas, bahkan beberapa ada yang pernah bekerja diluar negeri dengan menjadi TKI. Banyak siswa yang tidak mendapatkan dukungan pendidikan keluarga yang baik, sehingga terkadang untuk menfollowup pelajaran yang disampaikan sangatlah sulit. Banyak dari mereka yang memiliki pandangan bahwa sekolah bukan hal yang penting untuk mereka jalani .

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Selama 3 bulan kami membantu para guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar. Mulai dari adaptasi tekonologi, membuat rencana pembelajaran, mengajar dikelas, hingga membantu didalam kegiatan administrasi sekolah. Kami juga memberikan edukasi lain kepada siswa untuk belajar kreatif seperti membuat kliping untuk bahan bacaan sekolah, belajar menanam dengan wadah barang bekas, melaksanakan kegiatan pondok ramadhan, hingga memberikan pendidikan seks usia dini. Ada banyak hal yang saya dan teman-teman lain dapatkan saat menjalani kegiatan kampus mengajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun