Cerpen ini dibangun berdasarkan dua unsur. Pertama, unsur intrinsik, yang salah satunya adalah sudut pandang penceritaan. Sudut pandang dapat dibedakan menjadi tiga: sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga.
Sudut pandang orang pertama menceritakan pengalaman hidup si pengarang sebagai tokoh utama. Jika tokoh tunggal, penulis menggunakan kata ganti "aku" atau "saya. " Sedangkan untuk tokoh jamak, kata ganti "kami" atau "kita" digunakan. Di sisi lain, sudut pandang orang ketiga memaparkan kehidupan orang lain sebagai tokoh utama, dengan penggunaan kata ganti "dia," "ia," atau "-nya" untuk tokoh tunggal, dan "mereka" untuk tokoh jamak.
Sebagai contoh, pada cerpen "Yang Lebih Penting dari Aku," paragraf delapan menggunakan sudut pandang orang pertama: "Amarah mencekeramku. Aku benar-benar siap meledak. . . " Jika diubah menjadi sudut pandang orang ketiga, kalimatnya akan berbunyi: "Amarah mencengkeramnya. Ia benar-benar siap meledak. . . "
Oleh karena itu, cerpen karya Farida dalam buku Bahasa Indonesia kelas 9 halaman 4-6 ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Selain itu, cerpen ini juga menggunakan bahasa kekinian dengan beberapa istilah, antara lain: "gundah" yang berarti cemas, "menggunjingkan" yang artinya membicarakan orang lain, "deru" yang berarti suara, "berdengung" yang artinya bergema seperti suara lebah, "mustahil" yang berarti tidak mungkin terjadi, "terkatup" yang berarti tertutup rapat, serta "berhamburan" yang berarti berjalan beramai-ramai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H