Mohon tunggu...
Kheyene Molekandella Boer
Kheyene Molekandella Boer Mohon Tunggu... Dosen - Apapun Yang Terjadi Jangan Pernah Menyalahkan Tuhan

seorang Ibu dari anak Bumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rambut Gondrong Itu Pembangkang? (Warisan Orde Baru)

2 Mei 2019   21:44 Diperbarui: 2 Mei 2019   21:50 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku karya Aria Wiratma Yudhistira
Buku karya Aria Wiratma Yudhistira

Aria Wiratma Yudhistira, seorang penulis buku 'Dilarang Gondrong!: Praktik Kekuasaan Orde Baru Terhadap Anak Muda Awal 1970an' mengurai fakta dalam buku yang ia tulis bahwa pemerintah orde baru melakukan tindakan diskriminatif terhadap orang yang berambut gondrong. 

Dalam bukunya Aria juga menjelaskan definisi gondrong sudah mengalami konteks perubahan social dimana sekarang gonrong, ber- tato adalah bentuk dari kreativitas seni sudah bukan lagi sesuatu yang dinilai menyimpang.

Gondrong ke Trend Rambut "Cepak"

Orde baru adalah awal dari sejarah gelap para penyuka selera rambut gondrong, Sanksi yang diberikan saat si-rambut gondrong tertangkap pada masa orba adalah memotong rambut si-pemilik secara langsung. Soeharto meyakini bahwa rambut cepak atau pendek jauh lebih elok dan rapi terutama untuk pemuda layaknya generasi bangsa sudah seharusnya tampil rapi. 

Meski orde baru telah usai puluhan tahun lalu, namun warisan label negative  rambut gondrong masih ada hingga sekarang, Sering kita dapati aturan-aturan pemerintahan, hingga pelayanan publik yang menolak melayani si-rambut gondrong. Diskriminasi masih santer terasa diberbagai lini pemerintahan, social dan masih banyak sector yang menggunakan faham tersebut.

Orang tua juga mendidik anak laki-lakinya untuk berambut rapi dan cepak. Namun saya melihat seiring perkembangan zaman ada beberapa dosen bahkan professor yang memilih berambut gondrong. Mereka tampil "nyentrik" dan unik dikalangan mahasiswa dan dosen lainya sehingga mudah diingat. 

Dosen-dosen saya ini seolah memang benar membuktikan salah satunya adalah tidak ada yang perlu dicemaskan dari pria berambut gondrong, karena gondrong tidak ada hubunganya dengan isi otak. Selain itu kini gondrongsecara konteks sosial sudah dianggap sebagai suatu seni dan kreativitas dalam berpenampilan sehingga dirasa sudah tidak perlu dicemaskan lagi.

Lalu, Anda suka model "cepak" atau gondrong? :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun