Mohon tunggu...
Khesed Yuli PNK
Khesed Yuli PNK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Journalist Penulisan Naskah Komunikasi

Artikel ini diolah oleh dua orang mahasiswi Universitas Gunadarma Fakultas Ilmu Komunikasi. Yang terdiri dari Khesedtov Bana dan Yulianti Putri Zelita. Blog Kompasiana ini diperuntukan untuk publikasi tugas mata kuliah Penulisan Naskah Komunikasi 1.

Selanjutnya

Tutup

E-Sport

Lokapala Hadir Mengisi Kekosongan Industri Gim Indonesia

22 November 2021   17:00 Diperbarui: 22 November 2021   18:12 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laman Lokapala, gim lokal dengan genre MOBA pertama di Indonesia yang dikembangkan oleh Anantarupa Studios pada aplikasi Google Play Store. (Photo/Khesedtov Bana)

 Pasti sudah tidak asing lagi dengan kata gim online bukan? Gim daring atau game online merupakan kombinasi kata yang berasal dari bahasa Inggris. Game adalah permainan dan juga online memiliki arti dalam jaringan. Apabila dua kata ini digabungkan menjadi satu kesatuan, maka memiliki definisi sebuah permainan yang dikoneksikan dengan jaringan internet. Peminat gim di Indonesia pun bisa dibilang cukup tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun dari Katadata.co.id, sekitar 60,2 persen pengguna internet yang mengakses gim online di ponsel pintarnya. Bahkan saking maraknya peminat, gim online kini dijadikan sebagai salah satu cabang olahraga atau yang lebih familiar disebut dengan e-sport. 

Tak hanya itu, gim dengan genre pertarungan dalam arena atau biasa disebut Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) selalu dilirik oleh pemainnya. Pada saat 2020 kemarin, Indonesia secara resmi memiliki gim MOBA lokal yang dikembangkan pertama kalinya, bahkan hingga tingkat Asia Tenggara. Gim tersebut adalah Lokapala, yang dikembangkan oleh Anantarupa Studios. Lokapala juga berhasil dimainkan dalam cabang olahraga e-sport pada pagelaran PON XX Papua dan juga akan dilombakan pada Piala Presiden 2021.

CEO Anantarupa Studios, Ivan Chen, menjelaskan prosesnya Lokapala yang dijadikan sebagai salah satu cabang olahraga (cabor) e-sport di PON XX Papua. Ia mengungkapkan bahwa adanya PON ini memiliki fungsi guna menunjukkan kedaulatan Indonesia di mata global khususnya dalam industri gim.

“Prosesnya lumayan panjang ya. Karena kita, kita waktu kita develop 2019 itu kita sebenarnya udah ngincer PON sebenarnya. Karena kita tahu pertama itu kan di Surakarta, kemudian waktu itu pertama itu fungsinya PON sendiri adalah untuk menunjukkan kedaulatan Indonesia di mata dunia, yang waktu itu Indonesia diblok sama Belanda kan, ga diakuin. Nah, disitu kemudian saya kembangin narasi secara nasional itu ada game lokal e-sport juga, itu juga merupakan kedaulatan Indonesia di mata dunia gitu. Karena di Asia Tenggara cuma Indonesia yang punya game esport dan ternyata narasi yang kita bangun itu ditanggapi dengan baik oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia),”  terang Ivan pada Khesed dan Yuli, Sabtu (30/10/2021).

Lokapala sendiri memiliki ciri khas yang lekat dengan kultur nusantara. Mengapa demikian? Karena kostum, karakter, senjata dan juga alur yang disuguhkan sangat kental dengan menghadirkan makna kebudayaan dari Indonesia. Yang tentunya dilakukan riset terlebih dahulu. Misalnya saja dengan karakter Raden Wijaya yang menggunakan kain gringsing, tenun khas Desa Tenganan Bali dengan alur yang sama saat peperangan. 

“Kita kan punya kriteria tadi ya delapan ksatria tadi. Risetnya tuh tentang mitologi dan juga banyak manuskrip kuno, kemudian juga dari artefak jadi kayak semacam prasasti. Terus kita kumpulkan karakter-karakter yang memang secara cerita dan valuenya itu sama dengan salah satu value di astabrata Lokapala tadi. Jadi itu cara kita ngembangin. Terus dari situ kita juga liat karakter ini kira-kira penampilannya seperti apa. Jadi kita ada bagian visual developer untuk ngembangin itu.” sebutnya.

Hal ini sejalan pula dengan visi misi kehadiran Lokapala yang diharapkan menjadi bentuk pengenalan budaya kepada anak muda di era saat ini.

Ekosistem Industri Gim di Indonesia

Ditengah maraknya kehadiran gim lokal seperti Lokapala, ekosistem industri gim di Indonesia ternyata masih memiliki banyak kekurangan. Ivan menyayangkan kekurangan ekosistem industri  gim khususnya dalam kendala biaya. Investor dan biaya menjadi hal penting karena keduanya berdampak pula pada sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan malah akhirnya memilih untuk bekerja di luar negeri karena ketidakmampuan developer dalam membayar SDMnya.

“Banyak sekali talent-talent dari Indonesia yang bagus, tapi game developer Indonesia nggak bisa bayar. Akhirnya karena nggak ada projectnya, nggak bisa bayar juga, akhirnya talent-talent kita yang bagus-bagus ini lari keluar, ke Malaysia, kemudian ke Singapore, dan ke Kanada, Amerika, sebagainya. Jadi ini sayang banget, kita nggak bisa capture kesempatan-kesempatan yang sebenarnya Indonesia bisa jadi leading disitu, karena kita punya banyak banget generasi muda yang jago-jago sebenarnya,” terang Ivan.

Akses pendanaan di Indonesia masih sangat kurang terhadap industri gim mengingat pengembangan gim tidak dapat  dilakukan dengan biaya yang murah. Ivan melihat  bagaimana pola investor yang lebih memilih mendanai startup dibandingkan developer-developer gim lokal. 

“Untuk bikin game e-sport kan nggak murah juga ya, ini satu statement yang harus digaris bawahi, tidak semua game itu startup. Ada game yang dibuat dengan budget murah, ada game yang dibuat dengan budget yang sangat tinggi, sampai 1,5T atau bahkan 3T. Game yang paling mahal sekarang dibuat dengan budget 5T, in-between ya. Nah, di Indonesia akses pendanaan itu hanya tersedia buat tahap-tahap awal. Yang istilahnya, fundingnya itu cuma 200 juta dan sebagainya, dan itu bahkan nggak bisa buat develop game yang nipcore. Itu cuma buat tahap-tahap awal. Karena akses pendanaan cuma segitu, akhirnya juga nggak berkembang industrinya. Karena 200 juta mau bikin game apa?” bubuhnya.

Hal ini tentu sejalan dengan pola startup yang dirasa meningkat pesat, dan dilihat dapat berkembang dengan baik kedepannya. Padahal, industri gim yang tak dilirik banyak investor ini nyatanya menjanjikan pula dalam keberlangsungannya. Menurut Statista, jumlah pemain gim mobile di Indonesia bahkan mencapai 54,7 juta pada 2020 lalu. Tak hanya jumlah pemain yang banyak, peningkatan revenue yang didapatkan pun bisa terus melesat.

Melihat ekosistem seperti ini, Ivan mengharapkan adanya intervensi dari pemerintah untuk mendorong kemajuan industri gim. Tak muluk-muluk menjalani konsep pentahelix atau lima unsur kekuatan, menurut Ivan konsep triple helix yang mengoptimalkan pemerintahan, institusi pendidikan serta industrinya dapat mencukupi sehingga SDM yang ada bisa memenuhi standar kebutuhan industri yang berkembang.

“Indonesia kan menganut pentahelix ya, saya sebenarnya cuma mau kembali ke konsep triple helix dulu. Triple Helix itu sebenarnya sudah lebih dari cukup. Triple Helix itu artinya ada industri, institusi pendidikan dan government ya. Jadi, institusi pendidikan ini harus bekerjasama dengan industrinya, supaya talent-talentnya itu relatable,” ungkap Ivan.

Tak hanya pengembangan dalam SDM, sokongan perseorangan atau instansi dalam pemerintah yang juga menggunakan produk lokal, tak hanya dalam sandang, pangan, papan, namun juga penggunaan produk lokal dalam kemajuan teknologi. Dengan campur tangan pemerintah, industri gim di Indonesia setidaknya bisa memiliki “local hero” yang kemudian dapat menjadi model contoh bagi pengembang gim lainnya dan akhirnya industri gim Indonesia juga bisa diakui di mata dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten E-Sport Selengkapnya
Lihat E-Sport Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun