Pasti sudah tidak asing lagi dengan kata gim online bukan? Gim daring atau game online merupakan kombinasi kata yang berasal dari bahasa Inggris. Game adalah permainan dan juga online memiliki arti dalam jaringan. Apabila dua kata ini digabungkan menjadi satu kesatuan, maka memiliki definisi sebuah permainan yang dikoneksikan dengan jaringan internet. Peminat gim di Indonesia pun bisa dibilang cukup tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun dari Katadata.co.id, sekitar 60,2 persen pengguna internet yang mengakses gim online di ponsel pintarnya. Bahkan saking maraknya peminat, gim online kini dijadikan sebagai salah satu cabang olahraga atau yang lebih familiar disebut dengan e-sport.
Tak hanya itu, gim dengan genre pertarungan dalam arena atau biasa disebut Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) selalu dilirik oleh pemainnya. Pada saat 2020 kemarin, Indonesia secara resmi memiliki gim MOBA lokal yang dikembangkan pertama kalinya, bahkan hingga tingkat Asia Tenggara. Gim tersebut adalah Lokapala, yang dikembangkan oleh Anantarupa Studios. Lokapala juga berhasil dimainkan dalam cabang olahraga e-sport pada pagelaran PON XX Papua dan juga akan dilombakan pada Piala Presiden 2021.
CEO Anantarupa Studios, Ivan Chen, menjelaskan prosesnya Lokapala yang dijadikan sebagai salah satu cabang olahraga (cabor) e-sport di PON XX Papua. Ia mengungkapkan bahwa adanya PON ini memiliki fungsi guna menunjukkan kedaulatan Indonesia di mata global khususnya dalam industri gim.
“Prosesnya lumayan panjang ya. Karena kita, kita waktu kita develop 2019 itu kita sebenarnya udah ngincer PON sebenarnya. Karena kita tahu pertama itu kan di Surakarta, kemudian waktu itu pertama itu fungsinya PON sendiri adalah untuk menunjukkan kedaulatan Indonesia di mata dunia, yang waktu itu Indonesia diblok sama Belanda kan, ga diakuin. Nah, disitu kemudian saya kembangin narasi secara nasional itu ada game lokal e-sport juga, itu juga merupakan kedaulatan Indonesia di mata dunia gitu. Karena di Asia Tenggara cuma Indonesia yang punya game esport dan ternyata narasi yang kita bangun itu ditanggapi dengan baik oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia),” terang Ivan pada Khesed dan Yuli, Sabtu (30/10/2021).
Lokapala sendiri memiliki ciri khas yang lekat dengan kultur nusantara. Mengapa demikian? Karena kostum, karakter, senjata dan juga alur yang disuguhkan sangat kental dengan menghadirkan makna kebudayaan dari Indonesia. Yang tentunya dilakukan riset terlebih dahulu. Misalnya saja dengan karakter Raden Wijaya yang menggunakan kain gringsing, tenun khas Desa Tenganan Bali dengan alur yang sama saat peperangan.
“Kita kan punya kriteria tadi ya delapan ksatria tadi. Risetnya tuh tentang mitologi dan juga banyak manuskrip kuno, kemudian juga dari artefak jadi kayak semacam prasasti. Terus kita kumpulkan karakter-karakter yang memang secara cerita dan valuenya itu sama dengan salah satu value di astabrata Lokapala tadi. Jadi itu cara kita ngembangin. Terus dari situ kita juga liat karakter ini kira-kira penampilannya seperti apa. Jadi kita ada bagian visual developer untuk ngembangin itu.” sebutnya.
Hal ini sejalan pula dengan visi misi kehadiran Lokapala yang diharapkan menjadi bentuk pengenalan budaya kepada anak muda di era saat ini.
Ekosistem Industri Gim di Indonesia
Ditengah maraknya kehadiran gim lokal seperti Lokapala, ekosistem industri gim di Indonesia ternyata masih memiliki banyak kekurangan. Ivan menyayangkan kekurangan ekosistem industri gim khususnya dalam kendala biaya. Investor dan biaya menjadi hal penting karena keduanya berdampak pula pada sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan malah akhirnya memilih untuk bekerja di luar negeri karena ketidakmampuan developer dalam membayar SDMnya.
“Banyak sekali talent-talent dari Indonesia yang bagus, tapi game developer Indonesia nggak bisa bayar. Akhirnya karena nggak ada projectnya, nggak bisa bayar juga, akhirnya talent-talent kita yang bagus-bagus ini lari keluar, ke Malaysia, kemudian ke Singapore, dan ke Kanada, Amerika, sebagainya. Jadi ini sayang banget, kita nggak bisa capture kesempatan-kesempatan yang sebenarnya Indonesia bisa jadi leading disitu, karena kita punya banyak banget generasi muda yang jago-jago sebenarnya,” terang Ivan.
Akses pendanaan di Indonesia masih sangat kurang terhadap industri gim mengingat pengembangan gim tidak dapat dilakukan dengan biaya yang murah. Ivan melihat bagaimana pola investor yang lebih memilih mendanai startup dibandingkan developer-developer gim lokal.