Film ini diproduksi oleh Opshid Media dan dirilis pada tanggal 9 November 2017. Film ini di bintangi oleh Rendra Bagus, Prisia Nasution, T. Rifnu, Putri Audya, Wouter Zwerrs, dan Eky Lamoh.
Kisah ini dimulai ketikaWage Rudolf Supratman atau yang sering disebut Wage, lahir pada tanggal 9 Maret 1903 di Dukuh Trambelang, Jawa Tengah. Ia merupakan anak bangsawan pribumi yang terpelajar dan terdidik. Pada tahun 1914, Ia ikut pindah dengan ayah serta kakak perempuannya ke Makassar.Â
Sejak kecil, Wage sudah mahir memainkan alat musik khususnya gitar dan biola. Namun karena suatu alasan (adat) yang mengharuskannya, Ia tidak diperbolehkan memainkan alat musik yang ada disekitar itu oleh keluarganya. Ketika beranjak dewasa, Ia mulai belajar dan bergabung dengan grup band musik bernama "Black and White" yang anggotanya rata-rata orang Belanda. Ia mulai belajar berbagai macam lagu melalui biolanya, dan menampilkannya di restoran-restoran khusus kaum bangsawan Belanda. Ia juga sering diundang oleh banyak restoran karena penampilannya yang sangat bagus.
Namun, Ia menyadari bahwa pergerakan kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah maju kalau Ia hanya berfokus pada musik saja. Ia memang mendukung pergerakan organisasi kemerdekaan di Makassar, namun Ia merasa itu kurang. Ia akhirnya mengumpulkan uang dan membantu pergerakan kemerdekaan di Makassar dan kemudian pindah ke Bandung.
Di Bandung, Ia sangat diawasi oleh pemerintahan setempat (Belanda). Seorang polisi setengah Belanda, Fritz dan bawahannya Sukojo selalu mengejar dan mengikuti keberadaan Wage yang dianggap mengancam karena dapat menghasut dan membuat pemberontakan kepada pemerintahan Belanda. Orang-orang yang tergabung dalam gerakan rahasia kemerdekaan Indonesia mendesak Wage untuk membuat lagu kebangsaan Indonesia.Â
Dalam Kongres Pemuda 1, terjadi perdebatan tentang isi sumpah pemuda mengenai bahasa Indonesia karena setiap daerah mempunyai bahasa daerahnya masing-masing. Namun pada akhirnya semua orang menyetujui bahwa bahasa persatuan kita adalah Bahasa Indonesia. Saat kongres Pemuda 2, Ia memainkan lagu kebangsaan yang sudah dibuatnya dalam 3 versi lirik dan juga dibacakannya isi sumpah pemuda.
- Kami putra dan putri Indonesia, mengakui bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Namun karena Belanda menganggap hal itu dapat menghasut rakyat, maka liriknya tidak diperbolehkan untuk dinyanyikan. Namun seiring berjalannya waktu, lagu kebangsaan mulai tersebar dan pemerintah Belanda merasakan bahwa hal ini terlalu bahaya sehingga mereka melarang mendengarkan maupun menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.Â
Ia juga menerbitkan buku berjudul "Perawan Desa" yang mengkritik pemerintahan Belanda yang terlalu otoriter dan menimbulkan kolonialisme dan imperialisme. Ia juga berusaha agar tidak ada pertumpahan darah, sehingga Ia menyerahkan dirinya. Di penjara Ia berkata "Seorang ksatria tidak akan menahan orang yang sudah pasti akan membebaskan dirinya." 10 hari setelah Wage keluar dari penjara Kalisosok, Ia meninggal dunia. Sampai tanggal 17 Agustus, Ia tidak pernah mendengar lagu kebangsaannya diperdengarkan di seluruh Indonesia.
Menurut saya, film ini adalah film sejarah yang tidak membosankan dan sangat cocok untuk kaum pelajar karena film ini bercerita tentang  tokoh yang bernama Wage. Dengan menonton film ini, kita dapat mempelajari sejarah lahirnya lagu kebangsaan Indonesia dan lahirnya Sumpah Pemuda. Kita juga dapat mengetahui bagaimana Belanda mengatur semuanya hingga sedemikian rupa sehingga kita selalu terdesak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H